Riwayat Lenong

Riwayat Lenong dari Masa ke Masa

Riwayat LenongLenong, pertunjukan teaterikal Betawi selalu menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak, dalam perjalanannya lenong kerap kali melahirkan banyak nama-nama seniman besar dalam perfilman Nusantara. Alm Omas, Alm Mpok Nori misalnya. Kendati demikian, riwayat lenong sebagai kesenian khas Betawi tak kalah menarik diulik.

Lenong, mengutip laman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, merupakan adaptasi dari komedi Stanbul dan teater bangsawan dan dimainkan dengan beragam suku (bahasa Melayu). Terdapat tiga versi mengenal asal mula lenong. Versi pertama menyebut, lenong erat kaitannya dengan seni teater di Tiongkok, sedangkan yang ada di Betawi dikembangkan peranakan Tionghoa di daerah perkebunan milik orang Tionghoa.

Pengaruh kebudayaan Tionghoa yang kental dapat dilihat dari adanya musik gambang kromong, khim, su kong, ho siang, the hian, gi hian, kong ahian, sembian, suling, serta pan (kecrek), dan ningnong atau kromong.

Sementara, versi lain menyebut lenong berasal dari Persia. Baik itu jenis sastra dan pementasannya diusung persis dengan teater ‘Komedi Persia’. Konon, sebelum sampai ke Batavia, para pedagang dari Persialah yang mengusung sampai ke Sumatera. Kemudian, pada tahun 1886 muncul teater lenong di Riau yang Bernama Abdul Muluk. Tahun 1914, seni teater abdul muluk di Batavia disebut Wayang Dermuluk.

Dimainkan oleh Lelaki

Menariknya, dulu semua peran dimainkan oleh lelaki. Bahkan, lakon perempuanpun dimainkan lelaki berdandan. Cerita-cerita seperti tentang raja-raja serta kaum bangsawan, seperti Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Abdul Muluk, hingga Hikayat Johar Manik akrab dimainkan Wayang Dermuluk.

Wayang Dermuluk sempat mengalami perkembangan pesat. Hingga pada tahun 1923, namanya berganti menjadi Wayang Sumedar. Selain namanya yang berubah, beberapa perubahan tampak pada dekorasi hingga alat musik pengiringnya. Dari yang sebelumnya Wayang Dermuluk memiliki dekorasi kelambu rangkaian batu-batu marjan berubah menggunakan krey. Dari yang sebelumnya menggunakan alat musik pengiring Tambur Barongsay berubah menjadi Tambur Tanji.

Tak berselang lama, Wayang Sumedar berganti menjadi Wayang Senggol. Ini tak lain karena ada adegan peperangan dilakukan dengan cara menyenggolkan badan. Sedangkan, alat musiknya juga mengalami perubahan, yakni mengubah dari yang sebelumnya sembian (mandolin) diganti harmonium.

Versi terakhir menyebut, pada tahun 40-50-an, muasal riwayat lenong berasal dari alat musik yang suaranya terdengar dominan, yakni berbunyi nong.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.