Eksistensi Tradisi Barzanji dalam Masyarakat Betawi

Eksistensi Tradisi Barzanji dalam Masyarakat Betawi

Eksistensi Tradisi Barzanji dalam Masyarakat Betawi — Kitab Barzanji merupakan salah satu kitab yang berisi sejarah kelahiran Rasulullah SAW. Tradisi pembacaan Barzanji biasanya mengiringi pengajian, majelis taklim, pelaksanaan akad nikah, sunatan, peringatan Maulid Nabi hingga tasyakuran. Kendati pembacaan kitab ini menjadi tradisi di seluruh Nusantara, tapi ada yang spesial pada pembacaan Barzanji di tanah Betawi. Apa saja

1.Pembacaan Maulid al-Barzanji Tak Hanya Diperingati pada Bulan Maulid

Pembacaan kitab Barzanji lekat dibacakan pada peringatan memperingati Maulid Nabi SAW. Namun, bagi masyarakat Betawi pembacaan kitab tersebut dapat mulai dilakukan pada Bulan Rabi’ al-Awal hingga bulan Rajab. Pasalnya, bagi masyarakat Betawi, sejak masuk bulan Rabi’ al-Awal yang diyakini sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad
SAW. Masyarakat Betawi sudah memperingati Maulid Nabi SAW yang dilaksanakan dihampir seluruh Masjid di Jakarta

2.Pembacaan Maulid Diiringi dengan Petasan

Petasan telah menjadi aspek budaya yang tak dapat dipisahkan dengan masyarakat Betawi, hasil akulturasi dengan etnis Tionghoa. Bagi hampir seluruh masyarakat Betawi mengenal petasan sebagai barang wajib dalam berbagai peringatan acara. Misalnya, mulai dari pernikahan, Hari Raya Idul Fitri, Ramadhan, hingga pembacaan Barzanji atau memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Petasan yang dinyalakan terdiri atas berbagai jenis, mulai dari yang paling kecil hingga terbesar memecah gema menambah meriahnya suasana.

Perbedaan mencolok saat menyalakan petasan dapat dilihat pada saat ini dengan jaman dahulu. Konon dahulu, masyarakat menyalakan petasan dengan cara tradisional. Berbekal bambu yang diberi potassium yang diledakkan dengan air dan percikan api, mereka dapat merasakan sensasi petasan. Lain halnya dengan saat ini yang menggunakan petasan instan buatan pabrik.

3.Diawali dengan Tawasul

Dalam pembacaan Maulid kitab Barzani selalu dimulai dengan pembacaan tawasul atau pembacaan kirim arwah kepada kerabat terkait yang telah meninggal dengan membaca surat al-Fatihah. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembacaan surat Yasin (surat ke 36 dalam Alquran) serta pembacaan surat al-Ikhlas, al-falaq, al-nas. Setelah semua seremoni ini dilaksanakan, pembacaan Maulid Nabi baru dilakukan.

Nilai religi yang diperoleh adalah pembacaan doa dan sebagian ayat Alquran termasuk di dalamnya adalah Surat Yasin dianggap sebagai salah satu bentuk menjalankan perintah Nabi Muhammad Saw. Pembacaan ayat dan surat-surat tersebut menjadi tradisi yang berbeda dengan tradisi-tradisi di tempat lain. Tradisi-tradisi tersebut selalu dilakukan oleh masyarakat betawi walaupun ada perubahan struktur sosial.

Masyarakat dalam hal ini, masyarakat Betawi mampu untuk mempertahankan tradisi dan identitas
mereka di tengah-tengah masyarakat yang sudah mulai individualistis, dan modren. Eksistensi Tradisi Barzanji dalam Masyarakat Betawi menjadi bukti nilai-nilai spiritual merekalah yang kemudian mampu mengikat jalinan solidaritas yang kuat.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.