Seni Budaya di Tanah Betawi – Betawi sebagai suku asli Jakarta memiliki beragam tradisi seni budaya yang menarik. Pasalnya, Jakarta tak sekadar mewakili etnis penduduk aslinya, tapi menjadi ‘rumah’ bagi banyak suku etnis dari beragam negara. Tak heran jika seni budaya Betawi termasuk kompleks.
Berdasarkan ciri kebudayaan, etnik Betawi dibagi mejadi dua, yaitu Betawi Tengah (Betawi Kota) dan Betawi Pinggiran. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Betawi Pinggiran akrab disebut sebagai Betawi Ora. Sementara, berdasarkan geografis, etnik Betawi dibagi menjadi Betawi Tengah (Kota), Betawi Pesisir, dan Betawi Pinggir (Udik/Ora).
Betawi Tengah atau Kota menetap di bagian kota Jakarta yang dahulu dinamakan keresidenan Batavia (Jakarta Pusat – urban). Kawasan ini banyak mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan Melayu (Islam). Kendati demikian, Betawi Tengah menganut gaya hidup tempo lama. misalnya, dalam perayaan upacara perkawinan, khitanan, tradisi lebaran, dan memegang teguh agama serta adat istiadat (mengaji).
Khusus orang Betawi yang tinggal di Jakarta Pusat terus mengalami tingkat arus urbanisasi dan modernisasi paling tinggi. Dmeiian pula dalam hal tingkat kawin campuran. Dalam bidang kesenian, mereka terbiasa menikmati keroncong Tugu, musik Gambus, Qasidah, orkes Rebana.
Senapas dengan lekatnya nilai-nilai Islam, mereka juga menggemari cerita bernafaskan Islam seperti cerita Seribu Satu Malam. Adapun masyarakat Betawi Tengah memiliki dialek Betawi Kota, yakni bervokal akhiran e pada beberapa kata yang dalam bahasa Indonesia berupa a atau ah, misalnya: kenapa menjadi kenape.
Seni Budaya di Tanah Betawi
Sementara pada masyarakat Betawi Pinggiran atau Betawi Udik atau Ora terdiri atas dua kelompok. Pertama, yakni kelompok dari bagian Utara dan Barat Jakarta serta Tangerang, yang dipengaruhi oleh kebudayaan Cina. Sedangkan kedua yaitu kelompok dari bagian Timur dan Selatan Jakarta, Bekasi, dan Bogor, yang dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat Sunda.
Umumnya, Betawi Pinggiran berasal dari ekonomi kelas bawah, bertumpu pada bidang pertanian, dan bertaraf pendidikan rendah. Pada perkembangannya, masyarakat Betawi Pinggiran mengalami perubahan pola pekerjaan dan pendidikan yang lebih baik.
Dalam bidang kesenian, mereka akrab dengan kesenian Gambang Kromong, Lenong, Wayang Topeng, serta Tanjidor. Sebagaimana pengaruh dari etnis Tionghoa, dalam hal narasi cerita mereka lebih menyukai cerita-cerita seperti Sam Kok dan Tiga Negeri.
Berbeda halnya dengan Betawi Tengah, dialek Betawi Pinggiran lebih kepada pelesapan beberapa huruf pada satu kat. Misalnya, kenapa menjadi ngapa. Keberadaan dua kebudayaan ini disebabkan oleh banyak aspek, meliputi perbedaan latar belakang sejarah, ekonomi, sosiologi, dan aspek etnis, misalnya keaslian dari suku yang mempengaruhi kebudayaan mereka.
Dalam hal tradisi kesenian dan budayanya, Betawi memiliki karakteristik yang kuat. Ini justru menguatkan ciri khas dari masing-masing daerah di Betawi. Secara garis besar, kebudayaan dan kesenian etnis Betawi tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat secara spontan dengan segala kesederhanaannya.