Kasudin Pariwisata dan Budaya Jakbar Sebut Masih Minimnya Sanggar yang Layak

Kalau kita berbicara tentang pelestarian dan pengembangan budaya Betawi, saya kira omong kosong kalau kita tidak menyediakan fasilitas yang baik, yang memadai

Ibarat jiwa yang tak berarti tanpa adanya tubuh. Ungkapan itulah yang tepat mewakili eksistensi sanggar dalam kegiatan seni. Napas berkesenian akan terus hidup jika ada sanggar yang mewadahinya.

Namun sayang, ungkapan tersebut hanya manis di bibir saya. Kenyataannya, banyak sanggar, khususnya di Jakarta Barat yang masih tak layak. Hal itu diungkap oleh Kepala Suku Dinas (Kasudin) Pariwisata dan Budaya Jakarta Barat, Ahmad Syaropi. Ia menyebut, dari 105 sanggar di Jakarta Barat minim sekali yang layak digunakan untuk berkesenian.

“Umumnya (sanggar) berada di rumah pimpinan sanggar, seperti di pojokan yang sempit pegiat seni ini berlatih, kan kasihan,” kata dia kepada senibudayabetawi.com.

Syukur-syukur, lanjut dia jika pimpinan sanggar masih hidup. Jika sudah meninggal, anggota sanggar terpaksa harus berlatih di kelurahan hingga lapangan. Sebagai jangka panjang, tentu keadaan miris ini membuat anggota sanggar tak bisa berlatih maksimal. “Dan imbasnya lagi, pegiat seni kita khususnya di Jakarta Barat tak mampu berprestasi optimal,” imbuhnya.

Menurut Ahmad Syaropi, perwujudan sanggar yang layak krusial dilakukan bagi semua stake holder karena merupakan bagian dari pelestarian Budaya Betawi. Itu artinya, bukan hanya kewajiban dari pemerintah daerah saja. “Kalau kita berbicara tentang pelestarian dan pengembangan budaya Betawi, saya kira omong kosong kalau kita tidak menyediakan fasilitas yang baik, yang memadai,” kata dia.

Ahmad Syaropi yang juga sebagai Pembina Sanggar Kembang Nagari menyatakan ia rela membangun sanggar—bernama Bangsal Seni Budaya yang layak sebagai suatu perkumpulan aktivitas seni Betawi. Misalnya mulai dari tari lenong, gambang keromong, hingga silat menjadi satu lengkap dengan peralatan dan instrukturnya. Demikian juga untuk menampilkan produk-produk kerajinan khas Betawi.

Ia menyebut, sanggar yang masih dalam proses pembangunan itu dapat dijadikan percontohan untuk mengembangkan sanggar di tempat lain. “Jadi kalau bisa di setiap kelurahan itu ada satu sanggar seperti ini sebagai pusat seni,” pungkasnya. admin

2 Responses

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.