Perguruan Silat Naga Ngerem

Mengenal Perguruan Silat Naga Ngerem

Bukan rahasia lagi Tanah Abang terkenal sebagai kawasan pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara sejak dulu. Namun, di balik popularitasnya itu, ternyata Tanah Abang juga melahirkan jawara pendekar.

Salah satunya pendekar Kong Rachmat. Ya, sepeninggalan pendekar Tenabang yang wafat pada tahun 1935 itu, aliran silat bernama Rachmat hingga kini terus berkembang. Sang anak, yakni Kong Marzuki sempat mewarisi aliran ini sebelum akhirnya diturunkan pada keponakannya yakni Ramdani atau Cing Ram.

“Cing Ram akhirnya mengajarkannya pada guru saya yaitu Agus Amir lalu turunlah ke saya,” kata Ketua Perguruan Silat Naga Ngerem, Bang Buyung Ramadhani, kepada senibudayabetawi.com, Kamis (24/12).

‘Naga Ngerem’ demikian nama perguruan silat yang terletak di Masjid Alhusna, Gang Baswan, Tanah Abang, Jakarta Pusat itu. Nama tersebut diambil dari jurus ke 15 dari 41 jurus yang diajarkan dalam aliran Silat Rachmat. Adapun diantaranya jurus pukul, jurus pecak kiri, jurus tian liong kun, hingga jurus tingkat tinggi yang terilhami dari gerak gerik hewan seperti jurus bangau dan banteng.

Dengan logat Betawi yang kental, Bang Buyung menyatakan bahwa gerakan dalam aliran silat ini hampir mirip dengan jurus Kungfu Wing Chun yang menekankan pada kuda-kuda tinggi, serta beragam gerakan yang lentur, fleksibel dan lincah. “Dan sudah pasti juga fokus pada titik-titik kematian yang vital, seperti mata, ulu hati, serta bagian bawah tubuh (alat vital),” imbuhnya.

Eksistensi Aliran Silat Rachmat

Perjuangan Bang Buyung untuk mengembangkan aliran silat rachmat ini bisa dibilang luar biasa. Pasalnya, perkembangannya bisa dibilang cenderung lebih lambat dibanding aliran silat setingkat lain, seperti Sabeni. Hal ini tak lepas dari jumlah ahli waris silat aliran ini yang tak sebanyak aliran silat Sabeni.

Ia menyebut, aliran silat ini baru mulai terdengar eksistensinya pada tahun 2012. Tak ayal, di tahun-tahun pertama Bang Buyung mulai mengajar, sering kali dikira aliran silat lain. “Di awal-awal, warna seragam kita merah, lalu banyak orang menyangka kita Beksi,” kata dia.

Kendati demikian, Bang Buyung tetap semangat untuk terus melestarikan aliran silat ini. Saat ini, perguruan silat Naga Ngerem memiliki anggota sebanyak 20 orang dewasa, dan 15 orang anak-anak. Adapun mereka berlatih setiap malam Rabu dan malam Sabtu di Masjid Alhusna, Tanah Abang.

Berlatih di masjid, sambung Bang Buyung bukan dilakukan tanpa alasan. Sebab, mengacu pada ajaran guru terdahulu, belajar silat tak ubahnya belajar agama. Bahkan, dari guru-gurunya terdahulu sering sekali mewajibkan murid-muridnya untuk mengaji sebelum berlatih. “Ajaran guru-guru terdahulu seperti itu. Jadi tak hanya latihan silat”. admin

2 Responses
  1. Du2nk

    Alhamdulillah bang,Kong Rahmat,kong Marzuki,cing ram,ada satu lagi bang yang asli silatnya uwa Ridwan bule/Iwan bule…kebetulan ane cicit kong rahmat

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.