Setiap perguruan silat khas Betawi atau biasa disebut maen pukulan di pinggiran kawasan Jabodetabek selalu mempunyai tradisi khasnya masing-masing. Tak terkecuali Sanggar Ki Djietoe Cawang.
Sesuai namanya, sanggar yang berlokasi di Cawang, Jakarta Timur ini menggunakan dua aliran sekaligus yakni aliran Ki Jerimin dan Ki Atu. Nama Djietoe punmerupakan gabungan dari dua aliran tersebut.
Pimpinan Sanggar Ki Djietoe Cawang, Agus Sarjono menyatakan awal mula adanya sanggar Ki Djitoe yaitu dicetuskan oleh sang guru, Muhammad Ali atau akrab disapa Bang Ali pada tahun 2005. Bang Ali merupakan salah satu murid dari Ustad Nasan (Ustad Koncen), Kampung Asem dan Cawang.
Lelaki yang akrab disapa Bang Adol ini juga menambahkan bahwa gerakan yang dipakai dalam silat Ki Djietoe lebih menekankan gerakan dari silat Ki Atu yang merupakan maenan perempuan.
Adapun silat Ki Atu mempunyai karakteristik lebih menekankan gerakan langkah kaki layaknya gerakan monyet. Sementara gerakan silat Ki Jerimin yang merupakan maenan laki-laki lebih keras dalam menyerang lawan.
“Kalau jurus kita pisahkan, mau fokus belajar Ki Atu atau Ki Jerimin. Namun, saat ikut festival, baru kita kombinasikan keduannya agar lebih kaya koreografinya,” kata dia Senin (28/12) kepada senibudayabetawi.com.
Baca Juga: Mengenal Perguruan Silat Naga Ngerem
Tradisi Khas Perguruan Silat
Menariknya, dulunya Bang Adol menyampaikan tradisi khas yang dimiliki oleh silat Ki Atu, yakni pengurutan. Adapun tradisi khas dalam setiap sanggar ataupun perguruan merupakan warisan turun temurun dari guru-guru pendiri awal perguruan di masa lalu.
Beberapa tradisi mengandung aspek spiritual. Pengurutan yang dilakukan rutin diadakan tiap memasuki bulan Mualid Nabi dan bulan suci Ramadhan. “Kalau dulu tradisi pengurutan langsung oleh Ustad Nasan,” kata dia.
Dalam pengurutan ini, sekaligus para murid menjalani tes atau ujian kelulusan. Adapun caranya dengan semua murid memakan kue onde sembari menjalankan jurus yang tengah diujikan. Apabila kue onde jatuh atau dimuntahkan, murid tak lulus dan harus kembali mengulang.
“Ini termasuk menguji bagian pernapasan murid. Jadi harus pintar-pintar ngatur napas, kalau gula di dalam kue onde pecah maka bisa kena kerongkongan,” jelasnya.
Baca Juga: Perguruan Silat Cingkrig Sinan Silang Pukul dan Permainan Goloknya yang Khas
Dalam kesempatan kali itu, Bang Adol sekaligus menceritakan awal mula ia mengajar hingga sampai sekarang yang tanpa disengaja. Adapun awalnya bermula dari keinginan sang anak yang ingin dilatih silat kemudian mengajak teman-temannya.
Baru, sambung dia diresmikan benar-benar sanggar saat tahun 2015-2016 sudah bisa latihan di kelurahan. “Sempat juga mengalami kenaikan murid pada 2018 lalu sekitar 100 orang,” kata dia.
Tak hanya silat yang diajarkan di sanggar ini, tapi juga ada palang pintu dan tari. Di masa pendemi COVID-19 ini, kegiatan latihan yang seharusnya dilakukan setiap hari Sabtu malam terpaksa dihentikan. admin