Tradisi Khas Perguruan Silat

Mengekalkan Ngrosul, Tradisi Khas Perguruan Silat Gamblong Sanggar Kembang Jaro

Tradisi khas perguruan silat atau maen pukulan Betawi hadir karena hasil warisan turun temurun guru-guru pendiri di masa lampau maupun hasil kreasi pengembangan guru terkini. Namun, tak menutup kemungkinan beberapa perguruan bahkan menghilangkan tradisi khasnya itu karena penyesuaian zaman.

Pada dasarnya, tradisi khas setiap perguruan maen pukulan Betawi diyakini mengandung aspek spiritual. Misalnya, acara selamatan penutupan latihan menjelang memasuki bulan Ramadhan seperti pengurutan, hingga keceran. Kali ini kita akan membahas tentang ngrosul, tradisi khas yang hanya dimiliki oleh perguruan silat gamblong.

Adalah Sanggar Kembang Jaro yang hingga kini masih melakukan tradisi khasnya dari guru-guru sebelumnya. Adapun sanggar ini mengajarkan silat gamblong, sebagai silat asli dari Meruya, Jakarta Barat.

Ketua umum Sanggar Kembang Jaro, Hariman Ribai atau akrab disapa Cang Bancil menyatakan bahwa tradisi khas diajarkan oleh pendahulu Kumpi Gamblong sejak abad ke 18.

Tradisi khas maen pukulan gamblong bernama ngrosul—sebuah tradisi bagi pemula silat untuk minta izin dan diberikan keselamatan saat belajar silat silat gamblong.

“Jadi intinya meminta izin sama yang punya maenan dan restu agar dalam belajar nanti dapatnya gampang dan tak mudah keseleo,” kata dia kepada senibudayabetawi.com, Selasa (29/12).

Teriring juga beberapa persyaratan yang harus disediakan dalam ngrosul ini, diantaranya buah tujuh rupa (yang ada di atas), ayam bekakak, kue tujuh rupa, kopi manis, kopi pahit, susu, kelapa ijo. Cang Bancil menegaskan bahwa ngrosul dilakukan bukan tanpa tujuan.

Namun, di dalamnya terdapat makna filosofis dan spiritual yang tinggi. Misalnya, alasan membawa buah tujuh rupa dari buah yang tumbuh di atas yaitu agar selalu ada peningkatan dalam kehidupan kita.

“Termasuk kenapa kopi pahit dan manis? Karena kehidupan itu ya manis ya pahit, dan kita harus siap,” ujarnya.

Adapun hingga kini sanggar yang didirikan pada tahun 2018 ini telah berkembang pesat. Cang Bancil menyebut hal ini tak lepas dari pelestari silat gamblong itu sendiri.

Awal Mula Sanggar

Cang Bancil menyatakan meski silat gamblong ada sejak abad ke 18, tapi baru dikenalkan pada tahun 2000-an. Kemudian, ia mendapat amanah dari sang guru, yakni Alm Cang Hasan. Baru di tahun 2018, ia mendirikan Sanggar Kembang Jaro.

Cang Bancil menjelaskan nama Kembang Jaro sendiri mempunyai arti yang dalam bagi pegiat seni dan budaya Betawi. Adapun kembang dianggap sebagai kampung, dan jaro berarti pagar—di daerah barat jaro berarti lurah.

“Bila digabung, kembang jaro itu seperti halnya kembang itu kampung termasuk budayanya, sedangkan jaro itu pelaku seninya,” kata dia.

Sanggar ini tak hanya aktif dalam mengekalkan silat gamblong. Namun, juga beberapa kegiatan lain seperti palang pintu, kerajinan miniatur ondel-ondel hingga pemberdayaan ibu-ibu sekitar sanggar untuk produksi produk makanan minuman khas Betawi. admin

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.