Sayup-sayup suara nyanyian lagu Hujan Gerimis terdengar begitu memasuki sebuah gang sempit di kawasan Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Irama ceria khas Betawi begitu terasa, meski lagu Almarhum Benyamin Sueb itu dibawakan dengan aransemen berbeda.
Rupanya, nyanyian tersebut berasal dari Sanggar Teradahan. Beberapa pemuda pemudi personel Band Betawi itu terlihat asyik. Tak ada rasa canggung ataupun malu.
Ketua Sanggar Teradahan, Sarif Hidayatullah menyatakan bahwa alasan pembentukan sanggar seiring dengan semangat anak-anak muda sekitar yang ingin melestarikan Budaya Betawi. Dan, sambung dia generasi milenial ini membutuhkan wadah ekspresi jangka panjang agar Budaya Betawi tetap eksis.
“Selama ini program-program Budaya Betawi dinaungi Karang Taruna Kelurahan Kelapa Dua hanya jangka pendek pada momentum peringatan tertentu. Padahal kita inginnya jangka panjang, maka kita bentuk sanggar ini,” kata dia kepada senibudayabetawi.com, Rabu (30/12).
Makna Nama Teradahan
Generasi muda atau milenial Betawi selanjutnya akan menentukan “kompas” Budaya Betawi di masa depan. Konsep tersebut menjadi dasar lelaki yang akrab disapa Bang Day untuk menaungi sanggar yang berdiri sejak tahun 2015 ini. “Inginnya membentuk sangar yang eksentrik nyentrik tapi tetap mengusung napas Betawi,” kata dia.
Berawal dari keinginannya itu, tak berlebihan jika Bang Day kemudian hari mengusung nama Sanggar Teradahan. Nama Teradahan itu sendiri ia dengar dari istilah yang digunakan dalam sebuah pertunjukan lenong Betawi. Adapun artinya suatu hal yang tak lazim. “Atau bisa saja berarti hal yang kaga-kaga aja,” imbuh lelaki berusia 29 tahun ini.
Selain itu, dibentuknya sanggar ini juga sebagai sarana agar generasi muda Kelurahan Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat tidak terjerumus ke pergaulan bebas . “Kita lihat juga daripada mereka nongkrong tidak jelas atau nantinya malah terjerumus ke hal-hal yang merugikan maka lebih baik potensi mereka diekspresikan ke sanggar ini,” jelasnya.
Adapun Band Betawi dari sanggar ini juga khusus membawakan lagu-lagu karya Benyamin Sueb, diantaranya Juki, Hujan Gerimis, Abang Pulang, Di sini Aje. Meski para personel band berasal dari beragam aliran musik berbeda, seperti punk, indie, hingga pop tapi tak mengurangi semangat mereka untuk memainkan lagu-lagu legend itu.
“Bahkan kita juga meng-cover dengan aransemen yang berbeda. Selain Band Betawi, beragam kegiatan lain, seperti gambang kromong, lenong, palang pintu, hingga silat cingkrig Rawa Belong Ki Ajud juga juga tak luput dibina.
Beberapa penghargaan pernah mereka raih, seperti Juara 1 Kategori Berpasangan Putra Festival Pencak Silat Dispora DKI Jakarta, Juara 2 Festival Pencak Silat Dinas Pemuda Olahraga DKI Jakarta, Juara 2 Festival Band Betawi Lintas Budaya 2018 yang (Lembaga Kebudayaan Betawi Kota Tangerang), serta keikutsertaan dua buah ondel-ondel dari Sanggar Teradahan ikut serta dalam Festival Karnaval budaya di Swiss dan Australia. admin