Berbagai hal dilakukan setiap perguruan untuk mempertahankan eksistensinya. Salah satu caranya dengan memastikan regenerasi terus menerus. Tak jarang, inovasi gebrakan di setiap pertemuan latihan harus dimiliki oleh setiap pimpinan perguruan silat. Bila tidak, suatu perguruan harus menerima kenyataan ditinggalkan oleh anggotanya, hingga berujung mati.
Salah satunya Perguruan Tapak Suci Subhanallah. Berkaca dari pengalaman lampau–pernah vakum selama 14 tahun lamanya, membuat pimpinan perguruan ini, Agus Yani melakukan gebrakan. Terutama dalam hal pengajaran.
Ya, lelaki yang akrab disapa Bang Yani ini menuturkan bahwa sebenarnya Peguruan Tapak Suci Subhanallah telah didirikan sejak 5 April 1995. Namun selang dua tahun berjalan, perguruan mulai memperlihatkan ketidakgairahnya. Hingga pada 1 Januari 2016, perguruan yang berlokasi di daerah Pancoran, Jakarta Selatan ini mulai dibangkitkan lagi.
“Memang pasang surutnya sangat terasa, terutama karena kurang adanya sikap proaktif dari perguruan dan pengajaran silat yang monoton, jadi anggota mulai kehilangan motivasi,” kata dia kepada senibudayabetawi.com, Rabu (6/1).
Beruntung, berbekal amanah silat turunan dari orangtua, yakni Muhammad Emza Ek bin Raimin Bin Jasimin, Bang Yani akhirnya “menyelamatkan” perguruan silat ini sampai saat ini. Adapun perguruan yang menggunakan aliran cingkrig ini mempunyai silsilah dari Ki Saari yang kemudian diturunkan langsung ke orangtua Bang Yani.
“Makanya kita memang lebih menekankan jurus kombinasi lah. Kalau saklek menggunakan pakem yang ada mereka jadi tidak semangat,” ujar dia.
Metode Pengajaran
Alasan itu selaras dengan kondisi anggota kebanyakan di Peguruan Tapak Suci Subhanallah yang memang didominasi oleh anak-anak. Kendati demikian, ia menegaskan tak akan mengurangi pakem 12 jurus cingkrig Ki Saari yang ada. Sementara untuk jurus yang khas dari Ki Saari lebih menekankan pukulan yang lepas dan luas ke depan. Sedangkan, simpang kiri dan kanan sekadar sebagai buangan.
“Artinya memang kebanyakan lurus ke depan. Ki Saari juga mengajarkan menunggu dulu daripada menyerang lawan,” ujar dia.
Berbagai gebrakan inovasi baik itu pengajaran maupun teknik akan senantiasa dilakukan oleh Bang Yani. Dalam hal pengajaran misalnya yang ia sesuaikan dengan kondisi anak-anak zaman sekarang—hubungan yang lebih luwes antara senior dan junior, serta memberikan banyak kegiatan fisik latihan tapi sifatnya dalam hal permainan.
“Misalnya pada Minggu pagi sering kali ada pemanasan lari-lari, sit up, push up, lari-lari kepang, hingga mengumpulkan sendal untuk lomba lari-larian. Ini daya tarik biar mereka tidak bosan,” jelasnya.
Menariknya, Bang Yani juga sangat concern menyoal korelasi antara pemilihan jadwal latihan dan kebiasaan murid dalam bermain handphone. Pasalnya, jadwal latihan—malam Sabtu, malam Minggu, dan Minggu pagi yang diasumsikan sebagai jam untuk bermain handphone justru dioptimalkan untuk latihan.
“Karena ini menyangkut motoric jangka panjang. Kalau mereka terus menerus main hp ya tidak bagus. Maka kita maksimalkan agar selepas latihan capek, lalu tidak sempat main hp,” kata dia.
Selain itu, perguruan silat ini juga memiliki beragam kegiatan seperti pengajian atau siraman rohani, tawasul yang dilakukan setiap malam Jumat, serta pembinaan akhlak menyoal adab. admin