Perguruan Cingkrig S3

Makna Sholat, Shalawat dan Silat dalam Perguruan Cingkrig S3

Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran terdengar sore itu. Ya, tepat di sebuah gazebo pelataran Perguruan Cingkrig S3, suara merdu sang qiro’ kemudian diikuti oleh suara-suara lain. Mereka adalah anggota Perguruan Cingkrig S3 yang tengah melakukan kegiatan rutin–mengaji.

Bukan sebuah hal baru bila Jawara Sila Betawi juga melakukan ngaji-apakah itu Juz Amma maupun belajar Tajwid sebelum berlatih silat. Namun, yang menarik di perguruan ini semua anggota mempelajari qiro’ah atau pembacaan Al-Quran dengan suara merdu dengan menggunakan nada tertentu.

Rupanya, membaca qiro’ah sudah menjadi agenda rutin pada setiap Jumat di Perguruan Cingkrig S3 ini. Pembina perguruan, yakni Bang Abdi Manaf memastikan bahwa sebenarnya para anggota perguruan tak hanya belajar qiro’ah tapi juga Al-Quran Tajwid–bergantung dengan minat masing-masing.

Ya, mengaji merupakan salah satu kegiatan bersama yang dilakukan oleh Perguruan S3 selain tentu saja belajar silat. Adapun nama S3 juga merupakan singkatan dari kegiatan Sholat, Sholawat, serta Silat–yang menjadi tiang dari perguruan ini ada.

“Karena ketiga hal ini saling berkaitan. Sholat dan shalawat membentuk budi dan karakter kita utuk bisa menggunakan silat dengan benar. Tidak untuk sok-sokan atau sombong,” kata dia kepada senibudayabetawi.com.

Ketertarikannya dalam dunia silat sejak usia 15 tahun telah menghantarkan Bang Manaf untuk mendirikan perguruan pada tahun 1995. Tentu, bukan hal mudah mengingat ia sendiri belajar kali pertama silat cingkrig pada Sang Guru, yakni Cing Suwarno Ayub di Rawabelong.

Adapun Cing Suwarno Ayub atau biasa disapa Babe Warno merupakan salah satu murid dari Kong Uming. Sedangkan Kong Uming merupakan murid dari Kong Ajid. Dan Kong Ajid merupakan salah satu murid dari Kong Maing (1817).

Pasang Surut Perguruan

Jauh sebelum memiliki perguruan silat, Bang Manaf terlebih dahulu mengajar dari satu tempat ke tempat lain, seperti Gandaria hingga Petamburan. Baru kemudian, setelah mengetahui keadaan guru yang sakit-sakitan, ia berinisiatif meneruskan perjalanan sang guru.

“Penyatuan antara silat dan sholat serta shalawat juga ini juga agar kita bisa menciptakan kader yang bernar-benar berbudi pekerti, bijaksana dan kuat dalam mengendalikan hawa nafsu,” papar dia.

Ia menegaskan bahwa inspirasi untuk memadukan sholat, shalawat, serta silat juga berasal dari kebiasaan keluarganya yang akrab dengan nilai-nilai religius. Adapun di masa sekolah dasar maupun menengah, ia sudah sering kali mendapatkan penghargaan baik dalam kejuaraan adzan, banjari, ngaji hingga musabaqah Al-Quran. Tak ayal, jika perguruan yang ia naungi juga akrab melakukan kegiatan-kegiatan religius.

Hingga saat ini, sudah ada 40 anggota yang tergabung dalam perguruan yang terletak di kawasan Kemandoran, Palmerah ini. Pasang surut perguruan merupakan hal biasa yang juga pernah ia rasakan, seperti pergi hilangnya anggota perguruan. “Tapi itu hal biasa, yang penting kita sabar. Sebab kalau tidak sabar bisa bubar”. admin

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.