Sore itu, gerimis tipis masih membayangi. Menyisakan hawa dingin bagi siapa saja yang memaksa keluar rumah. Namun di balik itu semua, wewangian rempah menguar dari balik dandang besar kuah Laksa nan menggoda. Ahmad Syihabbudin terlihat tergopoh-gopoh meracik bumbu di tengah pelanggan yang mulai tak sabar. Itulah pemandangan yang khas dari Laksa Betawi Asirot.
Siapa yang tak tergoda sajian irisan ketupat bertabur kucai, tauge kecil, kemangi serta bawang goreng di atas ketupat. Kuah kuning hangat tak tertinggal—di setiap sesapannya menyisakan cita rasa rempah dan gurihnya ebi.
Begitu pertama kali masuk ke dalam kedai, nuansa sederhana khas rumah Betawi yang adem langsung terasa. Atap genteng yang masih terlihat jelas di atas kipas angin gantung dan cat tembok berwarna abu-abu menambah nuansa kesejukan. “Memang inginnya nuansa Rumah Betawi aja. Tidak macam-macam,” kata penerus Laksa Betawi Asirot ini kepada senibudayabetawi.com, Jumat (29/1).
Ahmad Syihabbudin kecil boleh saja hanya bantu-bantu sang nenek, yakni Hajah Muroni yang kali pertama mengenalkannya pada makanan khas Betawi ini. Laksa Betawi sudah menjadi bagian hidupnya sehingga warisan berupa bumbu-bumbu tradisi sang nenek tak pernah dituliskannya. “Lebih ngalir saja. Saya merasa tak ada yang khas,” imbuhnya lantas tertawa saat ditanya resep tradisinya itu.
Hanya, satu hal yang menjadi kunci hidangan ini yaitu kaya akan bumbu. Nyaris semua bumbu yang ada di Nusantara masuk ke dalam kuliner asli Betawi ini. “Jangan dikurangi, karena bisa acak adut nanti. Hampir semua bumbu komplit,” kata dia.
Laksa Betawi
Dalam Peta 100 Tempat Makan Legendaris di Jakarta & Sekitarnya: Pegangan Wajib Pecinta Wisata Kuliner karangan Erwin & Abang (2012) disebutkan bahwa Keistimewaan dari Laksa Betawi adalah kuahnya yang lebih kental dan bumbunya yang lebih terasa.
Nama laksa sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang memiliki arti banyak. Cita rasa Laksa Betawi yang manis dan gurih merupakan kuliner hasil asimilasi antara peranakan melayu dan budaya China. Mereka yang menjajakan Laksa Betawi—adalah Cina Betawi.
Ahmad sepakat. Ia menceritakan bahwa pelanggannya kebanyakan juga tak hanya berasal dari etnis dalam, tapi juga etnis luar seperti China dan Jepang. “Kalau mereka (orang China) lebih suka laksa, sedangkan orang Jepang lebih suka ketupat sayurnya. Mungkin lebih pas karakteristik rasanya di mulut mereka,” kata dia.
Kebangkitan Kembali
Semenjak meninggalnya sang nenek, yakni tahun 2018, ia mulai mengambil alih bisnis keluarga. Pada tahun ini pula, ia mulai “bangkit”—dari kesedihan mendalam ditinggal neneknya dan “bangkit” menciptakan formula laksa miliknya.
Ahmad bahkan membutuhkan waktu setahun untuk kemudian berhasil memperoleh cita rasa yang pas itu. Selama pencarian formula itu, ia bahkan sering kali cek rasa kepada pelanggan setianya. “Bahkan mereka bilang lebih kuat sekarang daripada dulu,” ujarnya.
Selain laksa, di kedai ini juga terdapat pendamping yakni berupa semur dengan isian jengkol, tahu, tempe dan telur. Kuah semurnya berwarna coklat pekat dan kental memikat siapapun untuk mencoba. Tak lupa, potongan empal bercita asam manis yang menggugah selera.
Menariknya, pelanggan Laksa Betawi Asirot ini harus hafal waktu buka kedai yang tak biasa. Misalnya, setiap Senin dan Selasa di awal serta satu bulan penuh dalam bulan Ramadhan libur. “Agar bisa istirahat dan fokus ibadah”. Admin.