Sebagian besar orang beranggapan bahwa batik berasal dari kota seperti Pekalongan, Yogyakarta dan Solo. Namun, siapa sangka, Betawi juga ternyata memiliki batik dengan corak yang khas. Batik Betawi Kampung Terogong, begitulah nama kawasan yang tak sekadar menjual Batik Betawi, tapi juga sebagai “rumah” bagi siapa saja yang ingin belajar membatik.
Kemunculan Batik Betawi Kampung Terogong sebenarnya bukan hal baru. Sejak tahun 1960-an, orang-orang Betawi di kawasan Kampung Terogong, Cilandak, Jakarta Selatan telah membatik.
“Istilahnya dulu belum Batik Betawi, pokoknya membatik saja,” kata Siti Laela, penggerak Batik Betawi Kampung Terogong kepada senibudayabetawi.com beberapa waktu lalu.
Adapun hasil kreasi batik yang dihasilkan didistribusikan ke kawasan Palmerah, sebagai salah satu pusat industri batik di Jakarta kala itu. Namun, sambung Laela di awal 1970-an keberadaannya mulai meredup karena kawasan ini berubah menjadi kawasan gedung-gedung pencakar langit.
Tak hanya itu, keresahan-keresahan lain yang dirasakan Laela secara personal membuatnya semakin bertekad untuk membangkitkan kembali Batik Betawi. “Saya juga ingin mengenalkan lagi Betawi tempo dulu itu seperti apa. Misalnya tanaman-tanaman Betawi yang biasa dulu ditanam di depan rumah tapak liman atau tapak dara,” jelasnya.
Berbekal dari pelatihan Batik Betawi dari Pemprov DKI Jakarta pada tahun 2012 selama tiga bulan, ia bersama lima keluarganya bertekad menghidupkan kembali Batik Betawi. Sekitar 30 motif yang telah ia buat hingga saat ini membuktikan bahwa Betawi juga memiliki coraknya yang khas.
“Selain flora dan fauna Betawi, kita ada juga bentuk keseniannya seperti ondel-ondel hingga tanjidor. Lalu ada juga ikon Jakarta seperti Monas,” ujar guru Bahasa Inggris SMKN 20 Jakarta ini.
Pergeseran Warna
Warna-warna cerah seperti merah, kuning, hingga hijau dikenal sebagai warnanya Betawi. Sedianya, perempuan Betawi asli ini mengikuti ciri khas warna-warna tersebut. Namun, lambat lain ia mulai berani mengkreasikan dengan beragam warna yang diinginkan pasar.
“Tapi tetap kalau untuk motif ya Betawi. Warnanya saja yang beda, misalnya warna yang lebih soft. Karena kita ngga mau nanti tidak ada yang pakai Batik Betawi,” jelasnya.
Ya, Mpok Laela merupakan satu di antara pembatik Betawi yang berani untuk mengeksplor warna–disesuaikan dengan tren warna kekinian. Sehingga, sambung dia tak ada alasan lagi bagi generasi muda untuk tak mengenakan batik. Mpok Laela pun mengaku bangga jika banyak generasi muda mengenakan batik.”Jadi bukan hanya Abang None atau duta wisata saja yang mengenalkan Batik Betawi, tapi generasi muda kita,” imbuhnya.
Diketahui kisaran harga batik berukuran 210 x 115 sentimeter per helai mulai dari Rp 200 ribu per helai. Hal ini bergantung bahan dan banyaknya warna yang digunakan. Misalnya, bahan sutera dengan banyak warna bisa mencapai di atas Rp 1 juta.
Belajar Membatik
Seperti halnya jiwanya sebagai seorang pendidik, Mpok Laela ternyata tak hanya menjual Batik Betawi. Akan tetapi, dia bersama keluarganya turut memberdayakan dan menyediakan jasa bagi siapapun yang ingin belajar membatik.
Tak ayal jika banyak orang yang berkunjung, baik itu orang Betawi, luar daerah hingga turis asing sekadar untuk mengenal Batik Betawi. Tak ketinggalan, kalangan pelajar juga sering kali berkunjung untuk belajar membatik.
“Kalau mereka yang ingin belajar untuk usaha ya gratis. Tapi kalau siswa sekolah hingga kuliah ada paketnya,” ujarnya.
Adapun untuk harga paket yang ditawarkan kisaran Rp 35 ribu hingga Rp 100 ribu bergantung besar kecilnya bahan. Admin.