Keroncong Irama Jakarta

Keroncong Irama Jakarta, Suara Betawi Masa Lalu

Mendengar alunan musik keroncong dapat dipastikan senantiasa membuat batin merasa tentram. Iramanya yang unik dan terkesan minimalis seakan membius siapa saja yang mendengarkan. Seperti halnya alunan yang dibawakan oleh Keroncong Irama Jakarta.

Di tengah terik matahari menyengat tak sekalipun mengurangi semangat mereka untuk menyuarakan keroncong yang disebut-sebut tak lagi memiliki masa depan dalam blantika musik Indonesia.

Anggapan ini ditampik oleh Pimpinan Keroncong Irama Jakarta, Harun Rusli yang telah membuktikan dalam 26 tahun perjalanan panjangnya. Ia bersama delapan personel lainnya unjuk gigi memperlihatkan apa yang mereka klaim sebagai keroncong Betawi asli.

“Ini sebagai ikhtiar kita untuk mempertahankan sekuat dan sebisa kita hingga akhir hayat nanti, karena siapa lagi kan yang meneruskan,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com beberapa waktu yang lalu.

Gempuran musik dari berbagai negara memang mau tak mau masuk ke Indonesia. Kita mengenal musik pop, techno, hip hop, hingga EDM. Namun, Harun menyatakan bahwa itu bukanlah hal baru mengingat gempuran sebelumnya sudah dirasakan sejak era terdahulu.

“Dan kita bisa membuktikan bahwa keroncong masih juga bertahan. Dulu, di tahun 50-an, kita udah mulai suka Elvis Presley lalu The Beatles juga. Keroncong mulai ditinggalkan,” jelas lelaki berusia 68 tahun ini.

Padahal, jauh dari sebelumnya musik ini digunakan sebagai pengiring dansa sejak masa kependudukan Belanda. Sebab, belum ada musik dansa pengiring lainnya. Masih menurut Harun, bahwa perkembangan keroncong juga tak lepas dari keterlibatan etnis keturunan Tionghoa.

“Orang-orang pribumi pada saat itu belum banyak memiliki alat. Yang mampu membeli ya orang keturunan ini. Akhirnya berkembang sampai sekarang,” tuturnya.

Ciri Khas

Namun, terlepas dari itu Keroncong Irama Jakarta selalu menggaungkan sebagai Keroncong Betawi atau Jakarta asli. Ciri khasnya yang kuat, seperti musiknya yang berirama cepat seolah menggoda siapa saja yang mendengar untuk berdansa. Belum lagi iramanya yang khas Betawi mengacu pada pakem musik Gambang Kromong.

Misalnya, cello menggantikan suara kendang, kontrabass menghasilkan suara gong, gambang menghasilkan suara tenor atau keroncong satu, dan kromong menghasilkan keroncong dua, serta tehyan yang menghasilkan suara biola.

Adapun sembilan personil dari Keroncong Irama Jakarta yakni Eko (Tenor atau Keroncong I), Harun Rusli (Keroncong II), Permana (Biola), Tan Kim Sian (Selo), Yunus (Bass), Baing (Melodi), Keliek S. Ponco (Flute), Agustin (Vokalis I), Yuni (Vokalis II).

Namun, dibandingkan dengan keroncong jenis lain, keroncong Betawi memiliki karakteristik yang khas dari pola permainannya. Misalnya, pola dobel engkel, dobel balik, tempo dulu, dan format yang tak dimiliki keroncong jenis lain. Hal itu berdampak para warna suara yang dihasilkan oleh jenis keroncong ini.

“Seperti pola permainan format pada lagu “Jali-Jali”, kalau orang tahu nada, pasti suara yang dihasilkan beda,” imbuhnya.

Suara Betawi di Masa Lalu

Menariknya, jika sebagian besar lagu keroncong bertemakan cinta, baik itu cinta dalam konteks asmara maupun universal maka lagu-lagu yang dibawakan oleh Keroncong Irama Jakarta justru bertemakan kegiatan keseharian terdahulu orang Betawi. Beberapa lagu diantaranya, Jali-jali Bunga Siantan, Cente Manis, Gelatik Nguk-nguk, Keroncong Miss Ribut, Onde-onde, Mrs. Ribut hingga Jali-Jali Jalan Kaki.

“Misalnya lagu Jali-Jali Jalan Kaki itu menceritakan tentang sejarah kehidupan romusha di zaman Jepang, baju kering di badan, dia mancing ikan pulangnya dicegat, diminta hasil ikannya. Kalau ngga, digampar, Pok!”

Penggambaran tema lain seperti makanan, kehidupan perkawinan hingga perceraian masyarakat Betawi juga kerap kali dibawakan oleh mereka. “Ada juga lagu yang memang menggambarkan kejadian yang booming pada saat itu, misalnya Mrs. Ribut pada tahun 1920-an yang menceritakan primadona sandiwara di tahun itu.

Tak ketinggalan, khas pantun Betawi juga masih melekat dalam setiap pementasan Keroncong Irama Jakarta. Harun tak menampik bahwa hal ini turut dipengaruhi oleh Keroncong Kemayoran yang memang dari panggung ke panggung selalu berpantun. “Jadi umumnya orang Betawi berpantun, saya yang tidak bisa,” ujarnya sembari terkekeh. admin

Sanggar Keroncong Irama Jakarta

Alamat: Palmerah Utara II Jakarta Barat

No HP: 085691217642 (Harun Rusli)

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.