Istilah wayang kulit masih kerap kali disandingkan dengan kentalnya budaya Jawa Tengah. Ini wajar, sebab sebagian besar wayang kulit Jawa lah yang mendominasi dalam jagat pewayangan di Nusantara. Padahal, Betawi juga mempunyai wayangnya yang khas. Agar tidak penasaran, yuk kita mengenal wayang Betawi secara mendalam di Sanggar Wayang Betawi Marga Juwita.
Satu set gamelan ajeg lengkap menjadi saksi bisu perjuangan Sanggar Wayang Betawi Marga Juwita. Selepas Almarhum Bang Surya Bonang menghembuskan napas terakhirnya, tongkat estafet sanggar dilanjutkan oleh anaknya, yakni Bang Jaya Bonang.
“Sebagai anak pertama, saya wajib melanjutkan perjuangan bapak saya. Menghidupkan Seni Betawi melalui Wayang Betawi,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, Selasa (27/2).
Darah seni memang sama sekali tak mengalir pada Bang Jaya. Namun, ia memastikan sejak tahun 2013 selalu “menghidupkan” seperangkat gamelan lengkap dengan wayangnya peninggalan almarhum sang ayah.
Dari panggung ke panggung, ia mengkoordinir bersama 19 personel, mulai dari penyanyi, pemusik (terompet, saron, gedemung, kromong, kecrek, gendang, kempul dan gong), hingga dalang. “Kita sering pentas malah sering di luar. Di Tangerang, misalnya,” imbuhnya.
Sejarah Wayang Betawi
Sejarah wayang Betawi memang tak lepas dari pengaruh dari Budaya Jawa sebagai pendatang. Oleh karenanya masih ada kemiripan di antara keduannya.
“Misalnya wayangnya sama tapi ukirannya tampak lebih kasar. Lalu juga untuk pegangannya kalau Jawa kan dari tulang, nah kita dari kayu,” jelas dia.
Perbedaan lainnya yang mencolok juga pada jam pementasan dan bahasa yang digunakan. Adapun jam buka layar dan pementasan wayang Betawi lebih cepat dibanding Wayang Jawa.
“Misalnya kita buka layar jam 9, lalu jam 10 langsung main. Lebih cepat. Sementara kalau bahasa kita campuran ya, antara Betawi, Sunda, dan Jawa,” kata dia.
Mengutip dari laman Warisan Budaya Takbenda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sejarah Wayang Kulit Betawi bermula ketika Pasukan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram menyerang Belanda ke Betawi.
Sebuah rumah di Jakarta menjadi pos peristirahatan tentara Mataram, dan di pos itulah seorang tentara Mataram setiap malam bercerita tentang tokoh-tokoh dan peristiwa pewayangan.
Lakon-lakon yang dipergelarkan dalam wayang Betawi kebanyakan lakon carangan ‘Mahabarata’ dengan cerita-cerita yang khas Betawi, seperti ‘Bambang Sinar Matahari’, ‘Barong Buta Sapujagat’, ‘Cepot Jadi Raja’.
Sementara untuk lagu-lagu yang mengiringi Wayang Betawi lebih kepada lagu-lagu Sunda dan sering dibawakan oleh topeng Betawi. Beberapa lagunya yang khas mengiringi wayang kulit Betawi yakni Jiro, Rayah-Rayah, dan Bendrong. Admin
lagu-lagu Sunda. Disebut lagu-lagu Sunda gunung. Lagu-lagu itu seringpula dibawakan oleh topeng Betawi, topeng blantek, rebana biang dan tanjidor. Lagu-lagu khas wayang kulit Betawi, misalnya: Jiro, Bendrong, Rinci-Rinci, Rayah-Rayah,
Untuk mengenal wayang Betawi Sanggar Wayang Betawi Marga Juwita, hubungi
Alamat : Jln. Kebembem 3 Rt 06 / 07 No . 60 samping Masjid Al ” Muminun, Jagakarsa, Jakarta Selatan
No Hp: +62 858-9973-1956 (Jaya Bonang)