Kerak Telor, Penganan Betawi tak Lekang Waktu

Kerak Telor, Penganan Betawi tak Lekang Waktu

Kerak telor merupakan makanan Betawi yang suda ada sejak kolonial Belanda. Konon, kerak telor merupakan hasil makanan coba-coba karena ketersediaan kelapa yang melimpah. Masyarakat Betawi di kawasan Menteng itu berkesperiman dengan mencampurkan beragam bahan dengan kelapa sebagai makanan. Tak heran kuliner yang ada sejak zaman kolonial Belanda ini tetap ada. Kerak telor, penganan Betawi tak lekang oleh waktu.

Versi lain menyebut bahwa kudapan tersebut lahir imbas dari tantangan orang Belanda di Jakarta yang ingin menjajal penganan sehat bangsa pribumi. Sekelompok ahli masak Betawi menawarkan sebuah kreasi omelette yang memadukan ketan, telur dan rempah-rempah khas Nusantara. Sejak itulah, penganan ini disukai dan populer hingga sekarang.

Selain ditemukan di perhelatan acara-acara yang terkait dengan Jakarta dan Betawi, penganan ini tak mudah ditemukan di pinggir-pinggi jalan layaknya kuliner Betawi lain. Perkaranya bukan karena sedikit peminatnya, tapi lebih kepada para penjual lebih memilih ke tempat wisata strategis guna mengenalkan kepada wisatawan-wisatawan dari luar Jakarta. Salah satunya kawasan Kota Tua.

Berwisata ke Kota Tua tak lengkap rasanya jika tak mencicipi kudapan khas Betawi, kerak telor. Ya, dengan ciri khas dipikul, tak susah menemukan penjual kerak telor di sepanjang kawasan Kota Tua. Penganan khas Betawi ini menjadi sangat populer karena bentuknya yang unik dan rasanya yang gurih.

Konsisten Lestarikan Kuliner Betawi

Mpok Yati yang telah berjualan kerak telor selama 10 tahun di kawasan Kota Tua mengaku lebih memilih kawasan ini karena sudah pasti pangsa pelanggannya, yakni para wisatawan. Tak semata-mata urusan mencari keuntungan, Mpok Yati juga secara terbuka menjelaskan bahan dan cara membuat kerak telor. “Banyak wisatawan yang tanya-tanya bumbu dan cara membuatnya. Sangat sederhana, saya jelaskan satu-satu,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, Jumat (19/3).

Mengingat ia tak sekadar menjual produk, tapi budaya asli Betawi berupa kuliner, tak jarang ia berbicara dengan logat Betawi yang kental. Sesekali tangannya sibuk mengipasi anglo agar arangnya cepat terbakar. Telor bebek, beras ketan, ebi, kelapa sangrai seketika berubah bentuk menjadi semacam omelette besar nan gurih. Lalu, tangannya yang terampil seketika membalikkan wajan ke arah tungku beberapa saat agar kerak telor matang secara sempurna.

Tak lupa, taburan berupa bawang goreng menambah sensasi nikmat di setiap krispi dan lembut bagian dalam kerak telor.

Layaknya penjual kerak telor lain, ia memasak dengan wajan dan anglo pengganti kompor. Tak hanya itu, arang yang ia gunakan tak asal arang. Tapi arang khusus dari kayu rambutan. “Arang ini mampu menghasilkan aroma yang lebih harum dan bisa menstabilkan suhu api,” jelas dia.

Pantas saja, sensasi gurih bercampur aroma yang khas dari penganan ini begitu menggugah selera siapa saja yang lewat. Kerak telor, penganan Betawi tak lekang oleh waktu. admin

2 Responses

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.