Rusunawa di kawasan Jatinegara Barat, Jakarta Timur itu menjadi saksi bisu perjalanan Bang Iwan untuk melestarikan silat Cingkrik. Terbukti, ia telah mengekalkan lima tahun dalam asa menghidupkan Cingkrig di Rusunawa sempit itu.
Semua berawal dari Sang Guru, Kong Sulaiman yang telah mengajarinya Cingkrik. Tepatnya di kawasan Bukit Duri, Tanjakan, Jakarta Selatan. Bang Iwan yang sempat mempelajari berbagai maenan pukul akhirnya menambatkan hatinya ke silat Cingkrik. Lalu, sebanyak 10 jurus Cingkrig yang ia terima dari sang guru ia ajarkan ke murid-muridnya.
“Dulu sebelum di rusunawa, rumah saya di Kampung Pulo. Lalu kena gusur akhirnya tahun 2015 mulai di sini,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, Jumat (19/3).
Pada awal-awal inilah Bang Iwan banyak mengajarkan Cingkrig–terutama padaaqw murid-murid yang juga tinggal di rusun. Awalnya, Bang Iwan sempat bersedih hati karena tak ada lapangan terbuka di rusun. “Bahkan saya sampai berantem dengan satpam dan pengelola rusun karena tak ada lapangan terbuka,” kata dia.
Beruntung, keadaan itu tak berlarut-larut sehingga Bang Iwan tetap mendedikasikan dirinya untuk mengajar di rusun sempit itu. Tak sekadar berlatih, bahkan di rusun itu Bang Iwan juga mampu menggelar acara dengan mengundang beberapa media.
Hingga saat ini, Bang Iwan justru mengembangkan Cingkrik yang ia ajarkan ke murid-muridnya yang ada di luar rusuna. Namun, tetap saja berlatih di dalam rusun. “Kalau dulu banyak murid, tapi gara-gara COVID-19, sekarang tinggal 20 murid,” imbuhnya.
Keterbatasan berupa rusunawa yang sempit dan semakin sedikitnya murid yang berlatih merupakan tantangan tersendiri bagi Bang Iwan dalam asa menghidupkan Cingkrik di Rusunawa. Harapannya sederhana, “Semoga murid-murid bisa mengenal dan bisa mengembangkan Budaya Betawi,” pungkasnya. Admin