Jam makan siang menjadi ‘perayaan’ paling sibuk di Rumah Makan Betawi Haji Abu, kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Maklum saja, banyak pelanggan yang sebagian besar pekerja bertandang untuk makan siang. Beberapa orang bahkan rela antri dan bergiliran menunggu tempat duduk demi menikmati sensasi sayur gabus pucung Haji Abu.
“Sambil berdiri saja ngga apa-apa,” ujar seorang pelanggan.
Dengan sigap, anak dari Haji Abu, Bang Sofyan segera memastikan tempat duduk yang kosong menggelar karpet untuk lesehan. Beberapa karyawan tampak sibuk menyiapkan order yang diinginkan pembeli. “Sehari-hari ya begini. Apalagi kalau hari kerja jam 10 pagi sampai jam 3 sore pasti ramai,” ujar dia kepada senibudayabetawi.com, Kamis (1/4).
Banyaknya pekerja yang mampir ke rumah makannya tak lepas dari letaknya yang strategis diapit berbagai kantor swasta dan pemerintahan. Bang Sofyan menyebut, banyak pegawai kelurahan, kecamatan hingga wali kota yang bertandang untuk makan siang. Dan, menu sayur gabus pucung menjadi menu andalan yang sering mereka pesan.
Sayur gabus pucung terbilang sebagai kuliner Betawi yang terbilang langka. Pasalnya, Bang Sofyan menyebut ikan gabus terbilang susah ditemukan. Padahal, peminat dari sayur gabus pucung masih banyak. “Rata-rata justru mereka yang ke sini cari gabus pucung. Dan hampir setiap hari selalu habis menu itu,” kata anak kedua dari Haji Abu ini.
Sayur gabus pucug merupakan sajian ikan berkuah khas Betawi. Kuahnya yang gelap secara sekilas mengingatkan kita pada masakan rawon khas Jawa Timur. Ini tak mengherankan, sebab keduannya sama-sama berbahan kluwek. Gabus merupakan nama ikan gabus yang menjadi isi dari sayur tersebut. Sementara pucung atau kluwek merupakan pewarna sayur itu. Aroma khas kluwek yang gurih menyegarkan langsung menyergap hidung pelanggan untuk menikmati sensasi sayur gabus pucung Haji Abu ini.
Inovasi
Resep turun temurun warisan dari keluarga memang menjadi berkah bagi Bang Sofyan. Namun, alih-alih hanya berdiam diri menggantungkan resep itu, Bang Sofyan justru selalu membandingkan cita rasa gabus pucung miliknya dengan yang lain. Hal itu, sambung mantan sales mobil ini membutnya berkembang menginovasi sayur langka ini. “Memang ada yang masih kita pertahankan, misalnya selalu menumbuk pakai alu, meski sebelumnya kita sempat pakai blender. Tapi karena rasanya beda jadi balik lagi,” bebernya.
Beberapa bahan dasar membuat gabus pucung diantaranya ikan gabus, kluwak, kunyit, kemiri, pala, cabai keriting, daun salam, serai, cabai rawit, daun bawang, bawang merah, bawang putih, serta kluwak. Satu lagi yang menjadi ciri khas dari sayur gabus pucung Haji Abu, yakni ikan gabusnya yang masih utuh meski dilumuri kuah gabus pucung. “Itu karena kita selalu menggoreng ikan gabus sampai kering dan memasukkan ke kuah itu secara dadakan,” ujarnya.
Seporsi sayur gabus pucung dimakan dengan nasi putih hangat dan sayur kemangi nan segar membuat siapa saja betah makan siang tiap hari di sini. Seporsi harga sayur gabus pucung di sini dihargai Rp 35 ribu, sementara seporsi nasi hangat Rp 6 ribu.
Rumah Makan Betawi H. Abu di Jalan Swadaya Raya No 61 RT 4/5, Duren Sawit, Jakarta Timur
Kontak: Ibu Titin 081285625063