Lenggodo atau cempedak goreng tak sekadar menjadi kudapan favorit orang Betawi di sore hari. Di momen Ramadan ini, kudapan ini menjadi menu takjil rekomendasi. Sepotong gurih manisnya lenggodo ditemani teh sebagai sajian menu berbuka puasa. Hmm.. sangat menggugah selera.
Adalah sebuah rahasia umum di gang-gang sempit kawasan Jalan Pancoran, Glodok, Jakarta Barat menyimpan sejuta kuliner yang tiada habisnya digali. Mulai dari makanan Betawi hingga Pecinan tumpah ruah di kawasan ini.
Seperti halnya aroma wanginnya lenggodo yang menguar menggoda setiap orang dari kejauhan. Aromanya yang khas tak jarang membuat orang akhirnya tergiur untuk mampir. Padahal, kedai lenggodo milik Mpok Nuriah ini berada di dalam, tepatnya di Jalan Pancoran VI No. 6A Glodok, Jakarta Barat.
Sembari sibuk melayani pembeli yang terus berdatangan, Mpok Nuriah mengungkap bahwa pecinta lenggodo atau cempedak goreng selalu ada setiap harinya. Baik itu orang Betawi, hingga China. Alhasil, ia harus memastikan ketersediannya, kendati cempedak merupakan buah musiman.
“Karena tak selalu ada, maka saya selalu menyetok. Kebetulan ada kebun juga di Bogor,” ungkapnya kepada senibudayabetawi.com, Senin (3/5).
Buah cempedak biasanya berbuah ketika musim Imlek, sekitar Bulan Februari saja. Biasanya di bulan-bulan ini, penjual lenggodo mendadak bermunculan. Namun, begitu telah usai beberapa penjual, sambung Mpok Nuriah menggantinya dengan buah nangka.
“Tapi tentu saja berbeda jauh dengan nangka. Kalau cempedak lebih wangi dan khas rasanya. Saya pastikan cempedaknya juga matang,” ujar perempuan berhijab ini.
Hasil Kebun Sendiri
Dalam sekali panen, Mpok Nuriah bisa menyetok buah cempedak dari sekitar 30 pohon miliknya. Ia biasanya menyimpannya dalam lemari pendingin dalam kurun waktu tertentu. Rasanya yang manis dan lembut sama sekali tak hilang meski telah disimpan dalam lemari pendingin.
Tak hanya itu, ia juga memanfaatkan bagian cempedak lainnya, yakni biji. Biasanya, ia merebus biji cempedak itu untuk kemudian dijual.
Menurut Mpok Nuriah, cara membuat lenggodo atau cempedak goreng ini sangat mudah. Buah cempedak yang telah matang kemudian dibuang bijinya lalu diberi tepung terigu sebelum akhirnya digoreng dalam minyak panas.
“Kalau untuk tambahan rasa paling ditambah sedikit garam dan gula. Itu aja sih,” tuturnya.
Konon, orang Betawi paling suka dengan kudapan lenggodo atau cempedak goreng ini. Dulu, mereka menggoreng dengan minyak kelapa buatan sendiri. Biasanya lenggodo menjadi “teman” nyahi orang Betawi terdahulu. Namun kini, sajian gurih manisnya lenggodo cocok menemani buka puasa kita. (dan)
[…] Referensi: https://www.senibudayabetawi.com/4787/gurih-manisnya-lenggodo.html […]