Di Balik Kelembutan Kue Pepe Betawi

Di Balik Kelembutan Kue Pepe Betawi Tersimpan Makna Persaudaraan yang Erat

Kuliner Nusantara kaya akan beragam kudapan tradisional. Tak hanya memiliki cita rasa yang khas akan nuansa terdahulu, tapi menyimpan makna terdalam. Salah satunya kudapan tradisional Betawi, kue pepe. Di balik kelembutan kue pepe Betawi tersimpan nilai dan pemaknaan mendalam.

Lembut dan kenyal. Begitulah kesan pertama kali begitu mencicipi kue pepe atau kue lapis sagu. Warna-warni yang ada di dalam setiap lapisnya juga tak kalah menggugah selera. Tak ayal, kue pepe begitu spesial di kalangan masyarakat Betawi. Kue ini juga menjadi sajian wajib di setiap acara perkawinan mereka.

Tak hanya itu, konon bahkan ada yang menyebut bahwa kue pertama kali muncul di masyarakat Betawi yaitu kue pepe. Keberadaan kue pepe juga disebut-sebut menyimbolkan hubungan erat dalam persaudaraan yang tak putus. “Lengket terus seperti kue pepe. Kue tradisional ini menyimpan nilai-nilai kehidupan yang diyakini masyarakat Betawi,” ujar Royani, pengusaha kue pepe kepada senibudayabetawi.com, Rabu (5/5).

Royani tak memungkiri bahwa keberadaan kue pepe kini telah langka. Bertempat di Jalan Haji Amshar No 40 A, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, ia bergerak di industri rumahan dan menerima pesanan berbagai acara seperti perkawinan. “Mungkin karena banyak orang sekarang lebih memilih kue yang lebih modern dan kekinian. Jadi kue pepe seperti ini banyak ditinggalkan. Kalau ” ungkap perempuan berhijab ini.

Royani juga menyebut bahkan sekarang pembuat kue pepe malah kebanyakan adalah kalangan etnis Tionghoa. Padahal kue-kue tradisional ini harus dilestarikan—paling tidak oleh tuan rumah sendiri, yakni masyakarat Betawi.

Pemilihan Bahan

Dalam pembuatan kue pepe, perempuan yang telah 10 tahun menggeluti usaha kue pepe ini menyatakan sangat memperhatikan betul bahan dasar yang digunakan. Misalnya seperti penggunaan tepung sagu yang harus menggunakan tepung sagu muda. “Karena tepung sagu muda lebih kering, jadi tak menggumpal begitu dicampur bahan lain,” ujarnya.

Salah dalam pemilihan dan perhitungan bahan dasar yang digunakan, sambungnya akan berakibat fatal. Bisa-bisa kue pepe menjadi terlalu keras atau bahkan terlalu lembek. “Atau istilah orang Betawi ngeladak,” ujarnya.

Cita rasa gurih dan manis dari kue pepe dihasilkan dari campuran gula dan santan. Hanya, sambung Royani gula yang digunakan haruslah memiliki cita rasa legit dengan kadar air yang sedikit. Secara personal, sambung dia cita rasa lidah orang Betawi cukup berbeda dengan orang lain seperti tak terlalu suka kue pepe yang sangat manis.

“Kalau terlalu manis, kata orang Betawi jaman dulu istilahnya bisa menjatuhkan point nyonya rumah,” imbuhnya singkat.

Agar kue pepe beraoma khas, saat proses memasak gula, santan dan juga air, sangat penting untuk menambahkan daun pandan dan daun jeruk. Dan, tak lupa untuk memberi pewarna di balik kelembutan kue pepe Betawi tersimpan pula sajian yang menarik.

Sepotong kue pepe biasanya dihargai Rp 4ribu. Sementara kalau ingin pesan dalam satu loyang seharga Rp 90ribu. (dan)

2 Responses
  1. Lidwina

    Budaya betawi merupakan asimilasi dari banyak budaya, salah satunya adalah budaya tionghoa. Dari segi pakaian, baju tuikhim, celana phangsi, baju pengantin wanita betawi dll. Dari segi makanan, kue dodol, kue talam, kue lapis dan masih banyak sekali. Kue peranakan tionghoa ini tidak hanya ada di betawi, tapi ada dimana terjadi asimilasi budaya tioanghoa dan melayu dan budaya lainnya seperti eropa, india dll misalnya di sumatera, malaysia, malaka bahkan asia tenggara. Jadi tidak usah aneh jika banyak orang tionghoa yang membuat kue kue peranakan tersebut. Karena memang kue peranakan tersebut merupakan warisan budaya dari nenek moyang orang peranakan.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.