Jelang Lebaran, Ini Hampers Orang Betawi– Momen perayaan Hari Raya Idul Fitri tak lepas dari tradisi bersilaturahmi. Dan, berbagai cara dilakukan untuk membuat nuansa semakin semarak. Seperti halnya dengan penyajian hidangan spesial, kue-kue, hingga pemberian hantaran atau biasa disebut hampers. Ya, hampers dengan tampilan lucu dan kekinian yang biasa kita temui biasanya diberikan kepada orang terdekat maupun tersayang. Namun, alih-alih tradisi ini merupakan tradisi baru. Ternyata, sejak dahulu khususnya masyarakat Betawi telah terbiasa dengan tradisi ini.
Dalam Folkor Betawi (2012) yang ditulis Abdul Chaer, orang Betawi menyebut hampers dengan istilah nganter yang berarti ‘mengantarkan’ makanan atau penganan kepada orang lain, baik tetangga, saudara maupun orang yang lebih tua (mertua, nenek). Kebiasaan nganter tak hanya dilakukan saat perayaan Lebaran, tapi saat Ramadan. Biasanya, pada momen Lebaran, orang Betawi nganter kue maupun masakan yang dibuat sendiri kemudian mendapat balasan balik dari orang yang telah dikunjungi.
Anteran yang istimewa biasanya justru dari menantu perempuan kepada mertuannya. Kenapa istimewa? Sebab, di balik anteran itu terdapat keinginan memamerkan kepandaian memasak kepada sang mertua.
Tradisi Anteran
Fitri Rahmawati, warga Ciracas, Jakarta Timur menyatakan bahwa pada jaman dulu, anteran berupa ikan mas yang digoreng begitu saja. Ikan mas tersebut diberikan kepada orang yang lebih tua sebagai rasa hormat dan mempererat silaturahmi. “Biasanya ada nasinya juga dalam baskom. Ikan mas goreng dan nasi, udah itu aja,” ungkap perempuan yang juga Humas Komcam Ciracas Ormas Bang Japar kepada senibudayabetawi.com, Kamis (6/5).
Bang Jayadi sepakat. Warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan ini menyebut tradisi Betawi tak lepas dari silaturahmi ke orang tua sekitar sembari membawa tetengan atau anteran. “Selain itu mereka juga bagi-bagi rezeki ke anak cucu,” ujar Kadiv Seni Budaya Kecamatan Pasar Minggu, Ormas Bang Japar ini.
Ketua Sanggar Teradahan Bang Day senada. Tradisi Betawi tersebut hendaknya masih terus dilakukan sampai sekarang. “Intinya sampai sekarang masih kita pakai dalam diri kita masing-masing,” ujarnya singkat.
Bang Yovie Solahudin Maulana, warga Kelapa Gading, Jakarta Utara menyatakan bahwa dalam tradisi anteran, orang Betawi tak membeda-bedakan kepada siapa diberikan anteran. “Jadi antaran makanan itu diberikan ke tetangga baik muslim ataupun non muslim,” ujar Kadiv Seni Budaya Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Sementara Bang Andi Pramana, warga Sawah Besar, Jakarta Pusat menyatakan bahwa anteran jaman sekarang sudah berbeda dengan jaman dulu. Jika dulu orang masih antusias masak—anteran berupa sayur godok, opor, hingga dodol Betawi maka sekarang orang lebih memilih yang instan. “Bahkan kalau sekarang paling anterannya gula, kopi, biskuit dan ngasi ‘amplop’,” ujar Kadiv Seni Budaya Kecamatan Sawah Besar, Ormas Bang Japar ini.
Ngasi Duit
Istilah ngasi duit atau ‘amplop’ merupakan tradisi pada hari Lebaran dalam masyarakat Betawi yang intinya memberikan uang. Kebanyakan, orang yang lebih tua memberikan uang kepada anak-anak yang berkunjung untuk menggembirakan hati mereka. Menurut Andi, tak hanya anak-anak yang mendapatkan uang, tapi juga orang tua. Ini diberikan sebagai bentuk penghormatan.
Abdul Chaer juga menyebut kebiasaan ngasi duit juga dilakukan ibu mertua kepada calon menantu perempuannya kalau kebetulan bersua. Ini sekaligus menunjukkan rasa kasih sayang seorang ibu kepada calon menantunya. Dalam hal ini, sudah menjadi tradisi pula bahwa calon menantu tak boleh menolak pemberian itu. Begitulah tradisi jelang Lebaran ini hampers orang Betawi. (dan)