Lebaran sudah ada di depan mata. Dan, semua orang telah sibuk untuk mempersiapkannya. Momen hari Lebaran yang identik dengan “kebaruan” nampaknya perlu dilakukan dalam berbagai aspek. Tak hanya “kebaruan” hati dan jiwa dengan saling memaafkan, tapi juga berbagai persiapan seperti pakaian baru sajian hidangan spesial, kue-kue hingga dekorasi rumah yang menarik. Lantas, “kebaruan” apa saja yang dilakukan oleh orang Betawi? Yuk intip apa saja tradisi orang Betawi menjelang Lebaran.
Mengutip Folkor Betawi (2012) karangan Abdul Chaer, tiga hari menjelang Lebaran para ibu sibuk nape (membuat tape) dan ketan putih dan ketan hitam. Ketan-ketan ini nantinya akan matang dua hingga tiga hari kemudian, bertepatan dengan hari Lebaran. Dua hari sebelum lebaran ini pula, ibu-ibu sibuk membuat kulit ketupat dari daun kelapa muda. konon, dahulu hampir semua orang Betawi bisa membuat kulit ketupat.
Ketupat
Mpok Ina, salah satu penjual ketupat menyatakan dalam memasak ketupat membutuhkan enam hingga sembilan jam lamanya. Lama tidaknya proses memasak ketupat berimbas ketahanan ketupat tersebut. “Semakin lama akan semakin legit dan tahan lama. Saya memasak hingga sembilan jam bisa tahan tiga hari lamanya,” ungkapnya kepada senibudayabetawi.com, Jumat (7/5).
Mpok Ina sepakat bahwa sekarang ini banyak orang lebih memilih membeli ketupat matang dibanding membuat sendiri. Sebab, sambungnya selain ribet, semakin banyak pula penjual ketupat masak. “Itupun harganya udah murah, jadi daripada ribet kan mending beli langsung,” ungkap perempuan yang biasa menjajakan ketupat di Pasar Kebayoran Lama ini.
Sebuah ketupat masak biasa ia hargai Rp 4ribu saja. Sedangkan, pembeli yang membeli lebih dari 20 buah akan diberikan tambahan satu buah ketupat.
Selain berjualan ketupat, di sela-sela kesibukannya itu mpok Ina merangkap sebagai ibu rumah tangga. Ia mengungkap sebagai perempuan Betawi, berbagai kesibukan menjelang Lebaran telah terasa. Perempuan berhijab ini bahkan harus memastikan dekorasi rumahnya. “Biasanya menjelang Lebaran udah bersihin rumah. Meja tamu dan kursi udah dicuci. Rumah juga dicat ulang,” ungkapnya.
Bermain Bledukan
Bang Yovie, warga Kelapa Gading, Jakarta Utara sepakat. Menurutnya, kesibukan tak hanya berlaku bagi perempuan, tapi anak-anak. Tradisi yang dilakukan anak-anak menjelang Lebaran yakni bermain bledukan atau berbain lodong. Permainan bledukan biasa dimainkan dengan menyalakan karbit seperti halnya petasan tapi terbuat dari bambu dan menimbulkan suara laksana dentuman.
“Dulu dimainkan anak-anak dan dewasa dan dimainkan sore hari sembari menunggu adzan magrib atau berbuka puasa,” ujarnya.
Takbiran
Semarak menyambut Lebaran juga dilakukan melalui pawai obor keliling kampung sembari takbiran. Tak hanya dilakukan saat Lebaran, pawai ini juga dilakukan saat perayaan Nuzulul Qur’an atau jatuh setiap 17 Ramadhan. “Namun bertepatan dengan kondisi COVID 19 seperti ini jadi tidak ada pawai lagi. Tahun kemarin juga tidak ada kan,” ungkap Bang Jayadi, warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Saling Bermaafan
Begitu memasuki malam takbiran, orang laki-laki biasanya berada di masjid ataupun berkeliling untuk bertakbir. Dan, begitu memasuki hari Lebaran, pagi-pagi sekali orang-orang berbondong-bondong ke masjid untuk sholat Ied. Menurut Abdul Chaer, tempo dulu di Betawi orang selalu sholat Ied di masjid atau langgar bukan di tanah lapang seperti halnya sekarang.
Selesai sholat Ied, para jamaah ssaling mengucapkan selamat Idul Fitri dan bermaaf-maafan. Biasanya mereka juga menyempatkan diri untuk berziarah ke makam orang tua maupun saudara sebalum akhirnya saling berkunjung ke rumah tetangga maupun sanak famili. Mereka saling memberikan anteran atau hampers untuk berbagi. Yuk Intip Apa Saja Tradisi Orang Betawi Menjelang Lebaran (dan)