Menilik Muasal Kue Satu Khas Betawi

Menilik Muasal Kue Satu Khas Betawi

Kue satu. Begitulah banyak orang menyebut kudapan ini. Bentuknya yang mungil dan lembut dengan cita rasa khas kacang hijau membuat kue ini tetap digandrungi. Tak ayal hingga saat ini kue ini masih ada di jajaran antara kue-kue lainnya. Kue ini merupakan satu jajanan legendaris. Penasaran sejarah kue ini? Yuk kita menilik muasal kue satu khas Betawi.

Nama ‘satu’ mengingatkan kita pada nama salah satu bilangan angka. Namun ternyata di balik nama ‘satu’ ternyata berkaitan dengan proses pembuatannya. Ya, di balik kue yang langsung lumat begitu dikulum ini ternyata membutuhkan pencetakan detail secara satu per satu.  Itulah kenapa dinamakan kue satu.

Konon, kue legendaris tahun 90-an ini begitu merakyat sehingga disukai banyak kalangan, baik muda maupun tua. Perayaan hari Lebaran kali ini juga menjadi momen yang pas untuk menyajikan kue lawas ini. Salah satu yang masih melestarikan jajanan kue satu yaitu Mpok Dewi.

Mpok Dewi merupakan satu di antara perempuan Betawi yang hingga kini masih membuat kue Lebaran sendiri. “Dari kue ini kita bisa sekaligus memberitahukan pada orang lain bahwa kita, keluarga Betawi bangga pada kulinernya, adatnya,” ungkapnya kepada senibudayabetawi.com, Selasa (11/5).

Perempuan berhijab ini tak menyangkal jika sekarang semakin banyak industri yang membuat kue satu. Kendati demikian, ia mengaku ada beberapa perbedaan dalam proses membuat kue satu khas Betawi. Terutama rasanya yang khas dari kue satu buatan sendiri alias home made seperti miliknya.

Cita Rasa Khas

Secara garis besar, sambungnya kue satu dibagi menjadi dua macam yaitu kue satu kacang hijau dan kue satu ketan. Banyak orang lebih tau kue satu kacang hijau dibanding kue satu ketan.

Dalam hal bahan sebenarnya tak ada perbedaan mendasar antara kue satu buatan home made dan industri. Beberapa bahan yang dibutuhkan yaitu kacang hijau dan gula dengan perbandingan 1:1. Pertama, kacang hijau disangrai lalu ditumbuk hingga bagian kulitnya terkelupas. Kemudian dikukus dan digiling.

“Setelah halus baru diayak hingga menjadi tepung yang halus, lalu dicampur gula dan dicetak satu-satu,” ujarnya.

Mpok Dewi mengungkap jika pembuatan kue satu secara tradisional sama sekali tak memanfaatkan oven. Hanya dijemur sampai benar-benar kering. Proses penjemurannya pun membutuhkan waktu dua hingga tiga hari agar kue satu benar-benar kering dan keras. “Selama proses penjemuran ini harus dipastikan juga kering, sama sekali tak kena air,” ujar dia.

Tradisi membuat kue satu sendiri menurut Mpok Dewi biasa dilakukan oleh perempuan Betawi menjelang perayaan Lebaran. Untuk mengantisipasi adanya cuaca hujan, ia menyebut pembuatan kue satu biasa dilakukan jauh-jauh hari sebelum Lebaran. Selain momen Lebaran, kue ini juga biasa disajikan pada momen-momen perayaan Natal, perkawinan hingga perayaan Imlek. Itulah menilik muasal kue satu khas Betawi. (dan)

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.