Bagi masyarakat Betawi, kuliner bernama pindang bandeng merupakan makanan populer. Bagaimana tidak, kuliner ini termasuk dalam makanan sehari-hari yang dengan mudah ditemui di kedai-kedai rumah makan Betawi. Namun ternyata, di balik itu semua tak mudah untuk menyajikan pindang bandeng. Pemilihan ikan bandeng harus diperhatian betul agar rasanya sedap. Hal itu disampaikan penerus kedai Pindang Bandeng H. M Nur, Mpo Fitri.
Ikan bandeng identik dengan perayaan Imlek etnis Tionghoa. Sebagian besar mereka berkeyakinan ikan bandeng yang besar-besar dengan duri yang banyak melambangkan kemakmuran serta rezeki yang berlimpah. Mpo Fitri sepakat. Pasalnya, dalam pembuatan pindang bandeng, dibutuhkan ikan bandeng yang besar dan kaya lemak. “Itu akan menambah sedap kuahnya. Kalau kecil biasanya rasanya hambar,” ungkapnya kepada senibudayabetawi.com, Jumat (28/5).
Hal itu terbukti begitu tim senibudayabetawi.com berkunjung ke kedai Mpo Fitri di kawasan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Gurihnya ikan bandeng berpadu dengan kaldu serta asam manis kuahnya, hmm mantap betul. Mpo Fitri memang mewarisi resep turun temurun dari ayahnya, H.M Nur. Kepiawainnya dalam meracik bumbu tak perlu dipertanyakan. Dengan sigap, ia menyediakan beragam bahan pembuatan pindang bandeng.
Tak seperti kebanyakan orang yang sekadar menggoreng bahan-bahan untuk bumbu pindnag bandeng. Ternyata, Mpo Fitri lebih memilih untuk membakarnya. Beberapa bumbu yaitu bawang merah, cabai, bawang putih, serai, kunyit, lengkuas. “Pesan warisan keluarga seperti itu, harus dibakar agar aromanya wangi,” ungkap perempuan berhijab ini.
Sementara itu, ikan bandeng yang telah dsiapkan juga harus dilumuri jeruk nipis. Ini dilakukan agar ikan tak beroma amis. Selain itu, Mpo Fitri juga menambahkan beberapa bahan lain untuk menambah kesegaran, seperti halnya belimbing wuluh dan tomat.
