Begini Cara Sanggar Betawi Si kumpi Mengajarkan Palang Pintu— Berbagai cara dilakukan untuk melestarikan seni budaya Betawi. Utamanya menurunkan pada generasi-generasi selanjutnya agar budaya tak punah. Melalui kesenian palang pintu, Ketua Sanggar Betawi Si Kumpi, Zainih gigih menurunkannya pada murid-muridnya.
Palang pintu merupakan kesenian tradisional Betawi, gabungan dari seni beladiri dan sastra pantun. Biasanya, kesenian ini digunakan ditampilkan dalam hajatan perkawinan. Tradisi palang pintu juga menyimbolkan ujian yang wajib dilalui mempelai lelaki saat akan meminang mempelai perempuan.
Tak hanya itu, berbalas pantun yang ada di dalam palang pintu juga dimaknai sebagai manifestasi dari diplomasi mendekatkan keluarga mempelai lelaki dan perempuan.
Kendati demikian, menurut Bang Zainih, tradisi palang pintu juga bisa ditampilkan dalam beragam hajatan. Misalnya, khitanan, perayaan ulang tahun, hingga penyambutan tamu. Dalam hal ini, sambungnya, pengiring pemain palang pintunya juga disesuaikan.
“Misalnya ada acara khitanan kan biasanya anak hingga remaja juga yang main palang pintu. Begitu juga sebaliknya kalau acara kawinan ya pemainnya orang dewasa,” ungkapnya kepada senibudayabetawi.com, Rabu (2/6).
Dalam tradisi palang pintu, jawara yang bertindak sebagai perwakilan dari mempelai lelaki dan perempuan saling unjuk kemampuan bermain silat. Selain itu, merek ajuga adu berbalas pantun. Sering juga, sambung Zainih pemain palang pintu anak yang berbalas pantun spontan dan lucu. Itu tak lain karena didikannya dalam mengajarkan palang pintu.
“Kalau saya ngajarinnya dibawa enjoy saja. Saya bebasin dia untuk berekspresi dalam berpantun pas latihan gitu. Makanya pas udah pentas mereka udah bisa spontan,” ujar dia.
Dalam palang pintu, biasanya orang Betawi juga memiliki sapaan khusus yang ditujukan kepada pengantin maupun anak yang dikhitan. Sapaan terhadap mempelai pengantin biasa disebut ‘raja muda’, sedangkan sapaan untuk anak yang dikhitan biasanya ‘pangeran muda’.
Sanggar Betawi Si Kumpi
Bang Zainih rupanya bukan lagi pemain baru dalam palang pintu Betawi. Jauh sebelum ia mendirikan sanggar yang berlokasi di Jalan H Aman RT 7/ RW 10, Duren Sawit, Jakarta Timur ini, ia telah melalang buana dalam dunia palang pintu. Baru, pada empat tahun yang lalu ia secara resmi mendirikan Sanggar Betawi Si Kumpi.
Nama sanggar berjuluk Si Kumpi juga bukan tanpa alasan. Bagi sebagian besar masyarakat Betawi, nama Kumpi identik dengan makam yang dikeramatkan di kawasan Cilungup, Duren Sawit, yakni Si Kumpi Alam. Sampai detik ini, masih banyak peziarah yang datang ke makam ini dengan berbagai hajat hidup. Konon, Si Kumpi Alam ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Bang Zainih tak mau ketinggalan. Ia sengaja memakai nama itu karena berharap agar sanggarnya senantiasa berkembang sampai akhir hayatnya. “Kita pakai Si Kumpi tanpa Alam. Bukan musrik atau apa, kita berharap berkahnya saja,” kata dia.
Berbagai pencapaian prestasi baik dalam palang pintu maupun seni silat diusung sanggar ini. Beberapa diantaranya yakni Juara I Festival Pencak Silat Peci Tahun 2018, Juara I Cipayung 2018, Juara umum 2 Festival Cakung Barat 2019.