Mengenang Baba Hasanudin– Baba Hasanudin, putera tokoh Beksi Petukangan, Alm Kong Mandor Minggu akhirnya menghembuskan napasnya terakhir pada Senin (5/7) malam. Ini setelah Alm. Baba Hasanudin berusaha berjuang hingga usia 70 tahun.
Sekretaris Umum Yayasan Kampung Beksi Petukangan, Abdul Aziz memastikan, Almarhum Baba Hasanudin sebelumnya tak mengidap penyakit apapun. “Karena usia Almarhum sudah tua,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, Selasa (6/7).
Hari ini pula, jenazah akan dimakamkan. Bertempat di kediamannya, Jalan Duku RW 5 Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Alm. Baba Hasanudin mengembangkan Beksi di Petuakangan.
Mengenang Almarhum Baba Hasanudin tak lepas berkaca pada perjuangan Alm Kong Mandor Minggu. Ia merupakan salah satu dari tiga murid Alm Kong Gozali lain yang telah menyebarkan Beksi. Adapun tiga murid lainnya yaitu Kong H. Hasbullah, Kong M. Nur, Kong Simin.
Adapun aliran Beksi awalnya dikembangkan oleh masyarakat di daerah Kampung Dadap, Kosambi, Tangerang. Selanjutnya dikembangkan oleh Lie Ceng Oek (1854-1951). Dengan menggabungkan ilmu bela diri keluarganya dengan ilmu guru Betawinya, ia mengajarkan pada orang Betawi pesisir dan orang Cina Benteng di Kampung Dadap.
Selanjutnya, Beksi menyebar di Petukangan Selatan, Jakarta Selatan serta Batujaya, Batuceper, Tangerang. Salah satu muridnya yang berbakat yaitu Ki Marhali. Ia memiliki muris peranakan Betawi Bernama Kong H. Gozali.
Silat Beksi juga dikenal memiliki ciri khas pukulan, diantaranya gaya pukulan terbalik atau celentang (Loco Boni), gerak atraktif meledak-ledak dengan hentakan kaki di bumi atau biasa disebut Gedig. Selain itu, Beksi juga dikenal memiliki kecepatan dan kekuatan ledakan pukulan mengandalkan gerak refleks.