Tari Silat dalam Betawi– Gerakan dari silat atau maen pukulan Betawi kerap kali mengingatkan kita pada gerakan tari-tarian. Luwes dengan berbagai variasi gaya. Tari silat dalam Betawi, begitulah kita mengenalnya, sebab lebih menekankan pada gerak estetika tanpa fungsi serang bela.
Salah satu bentuk seni tari dalam kategori tari silat yaitu Blenggo. Blenggo merupakan tarian yang sebagian kecil gerakannya diambil dari Kembangan-kembangan maen pukulan. Kendati demikian, taka da pola khusus dalam gerakan Blenggo. Itu artinya, semua gerakan bergantung pada preferensi si penari.
Tak hanya itu, tari silat yang diadaptasi maen pukulan Betawi dalam perkembangannya menggunakan waditra atau iring-iringan musik. Beragam iringan seperti gambang kromong, hingga samrah membuat Blenggo semakin semarak. Jenis iringan musik yang digunakan juga bergantung pada budaya pengaruh musik itu berasal.
“Misalnya, di bagian barat Jakarta kental akan pengaruh Tionghoa maka lekat akan gambang kromong. Demikian pula wilayah Tanah Abang yang lekat dengan Melayu akan condong ke Samrah,” ujar Budayawan Betawi, Ridwan Saidi kepada senibudayabetawi.com, Senin (5/7).
Beda Tari Silat dan Ibing Pencak
Banyak orang menilai tari silat sama halnya dengan ibing pencak. Padahl, keduanya berbeda. Dalam tari silat murni menggunakan gerakan estetik, sedangkan pada ibing pencak masih terdapat gerakan maen pukulan serang bala. Istilahnya, ibing pencak masih membawa jurus maen pukulan dengan nuansa waditra (instrumen) atau kawih.
Kendati demikian, gerakan-gerakan dalam maen pukulan Betawi lebih ‘masuk’ bisa diterapkan dalam ibing pencak dibanding tari silat. Hingga kini, belum dikenal adanya pakem baku instrumen (waditra) dengan gerakan dalam di dalamnya seperti dalam ibingan pencak dari Pasundan.