Pemaknaan Lebaran Haji

Pemaknaan Lebaran Haji pada Masyarakat Betawi

Pemaknaan Lebaran Haji pada Masyarakat BetawiIdul Adha yang jatuh pada kemarin, (20/7) sering kali disebut sebagai ‘Lebaran Haji’. Pasalnya, pada saat yang sama, seluruh umat Islam di berbagai penjuru dunia tengah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Adapun rangkaian ibadah haji tahun ini dimulai pada 17 Juli hingga 21 Juli 2021.

Lebaran Haji boleh saja dilakukan oleh semua umat Islam di dunia sebagaimana menunaikan rukun Islam yang kelima. Namun,pemaknaan Lebaran Haji bagi masyarakat Betawi sangat sakral.

Persiapan matang, baik itu materil maupun spiritual harus dipastikan dengan berbagai proses yang panjang. Profesi dan status sosial yang rendah bukan penghalang asal bertekad untuk ke Tanah Suci. Tak peduli hanya petani maupun peternak, mereka akan berusaha mengumpulkan uang untuk menunaikan ibadah Haji. Seperti halnya pepatah mereka, harta tak dibawa mati, melainkan amal untuk kehidupan akherat.

Gelombang budaya haji dalam tradisi Betawi terlihat dari pertumbuhan dinamika kehidupan masyarakat Betawi. Tepatnya pada tahun 1960 dan 1970-an saat arus transmigrasi masyarakat urban ke Ibu Kota. Pembangunan Jakarta menjadi kota yang lebih maju tak terelakkan.

Demi menunaikan niat suci mereka untuk ke Tanah Suci, masyarakat Betawi akhirnya tergoda menjual tanah mereka dengan harga fantastis. Sejak saat itulah, istilah ‘Haji Gusuran’ melekat pada diri mereka. Adapun salah satu hasil penjualan tanah tersebut dibelikan qutum. Qutum sama halnya dengan tiket pergi haji pada waktu itu.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.