Sejarah Lenong Berawal dari Obrolan Pedagang di Pasar

Sejarah Lenong Berawal dari Obrolan Pedagang di Pasar

Sejarah Lenong Berawal dari Obrolan Pedagang di Pasar– Kesenian tradisi Lenong tak pernah kehilangan daya tariknya untuk dibahas. Tak hanya perkembangannya, tapi juga sejarahnya yang mempunyai beragam versi.

Versi pertama menyebut, Lenong berkembang di akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1920-an yang dikembangkan oleh orang China bernama Lian Ong. Sebelumnya, ia terinspirasi dari teater bernama Pekyu dari Jawa Timur. Tak sekadar meniru teater, Lian Ong menambahkan beragam unsurmulai dari pantun hingga tarian hingga lama-lama terkenal dengan sandiwara si Lian Ong– berubah menjadi Lenong.

Pamong Budaya Ahli Madya Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Syaiful Amri menyatakan versi lain Lenong berawal dari obrolan ringan sesama pedagang di pasar pada 1920-an. Pada saat itu, sambung dia para pedagang di tanah Betawi banyak menceritakan bagaimana karakter para pembeli dari berbagai etnis. Etnis Cina misalnya yang terkenal sengkek hingga orang Arab yang terkenal pelit pada saat itu.

Saking keenakan, akhirnya mereka sama-sama nyambung akhirnya ada yang menambahkan alat musik. “Alat musiknya seadanya, seperti alat dapur dan berbunyi nang neng nong. Jadilah dinamakan lenong,” ujarnnya dalam diskusi Lenong dalam Proses, Selasa (27/7).

Perkembangan Lenong

Kendati demikian, kebenaran dari sejarah Lenong masih banyak diperdebatkan. Perkembangan Lenong dari masa ke masa mengalami pasang surut. Pada tahun 1940, Lenong menjadi alat perjuangan di masa kolonialisme Belanda. Hingga muncullah sebutan Lenong preman yang banyak bercerita tentang jawara Betawi yang melawan penjajah pada tahun 1950-an.

Pada tahun 1960-an, kesenian Betawi ini sempat mengalami kejenuhan karena bias masyarakat terhadap Lenong yang dianggap kampungan. Namun, Lenong mengalami masa kejayaannya di tahun 1969-1970-an hingga Lenong dipentaskan di Taman Ismail Marzuki. Adapun, pada saat itu diprakarsai oleh SM. Ardan, Sumantri dan Jaya.

“Saat itu banyak masyarakat Betawi yang kekurangan hiburan. Dulu sampai antri-antri demi menonton lenong,” ujar dia.

Kemudian, pada tahun 1990-an, Lenong mulai muncul di TV dengan berbagai jenis. Mulai dari Lenong Bocah, Lenong Rumpi hingga Lenong Anak. Sejarah Lenong berawal dari obrolan pedagang di pasar.

Pada dasarnya, Lenong terbagi menjadi dua jenis. Pertama, Lenong denes yang diperuntukkan untuk kalangan menengah ke atas.

Adapun karakteristiknya, bercerita tentang kehidupan kerajaan dan bangsawan yang lekat dengan bahasa melayu tinggi. Sedangkan, jenis kedua yakni Lenong preman yang lekat dengan kalangan menengah ke bawah dengan bahasa pinggiran.

“Kalau Lenong preman menggunakan pakaian sehari-hari dan bahasa Betawi pinggiran dan biasa dipentaskan dari kampung ke kampung,” kata dia.

Babe Djali Jalut mengungkap, Lenong preman kental dengan silat maen pukulan Betawi. Hal ini disesuaikan dengan aliran silat masing-masing wilayah. “Misalnya Cingkrik yang terkenal di Rawabelong atau Beksi di Petukangan. Ini bisa menyesuaikan. Tak ada pakem khusus,” ungkapnya.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.