Mengakrabi Mainan Anak-anak Betawi Zaman Dahulu

Mengakrabi Mainan Anak-anak Betawi Zaman Dahulu

Mengakrabi Mainan Anak-anak Betawi Zaman Dahulu – Peringatan Hari Anak Nasional pada 23 Juli lalu mengingatkan kembali arti pentingnya makna bermain. Ya, bermain tak bisa dilepaskan dari dunia anak. Dengan bermain, anak tak hanya merasa gembira tapi juga bisa senang karena bisa berinteraksi dengan kawan sebaya. Tak hanya itu, bermain juga bisa merangsang syaraf motorik dalam diri anak.

Namun, perkembangan digital yang terlampau pesat turut menghilangkan berbagai macam jenis permainan tradisional zaman dahulu. Tak terkecuali beragam jenis mainan anak Betawi zaman dahulu.

Lingkungan yang lekat dengan pepohonan dan kebun yang luas menjadi pemandangan kebanyakan rumah Betawi. Di tempat inilah anak-anak biasa bermain bersama. Abdul Chaer dalam Folkor Betawi: Kehidupan dan Kebudayaan Orang Betawi mengungkap, ada berbagai permainan yang khusus dimainkan anak laki-laki, hanya anak perempuan serta yang bisa dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan.

Berikut berbagai macam cara mengakrabi mainan anak-anak Betawi zaman dahulu.

  1. Permainan Galasin

Galasin atau gobak sodor hampir sama dengan permainan petak. Yang membedakan adalah terdapat galah yang diletakkan di tanah sebagai penanda wilayah asin bebas jaga. Galasin, permainan anak-anak Betawi yang dilakukan berkelompok. Permainannya bersifat menghadang lawan. Badan yang sedang jaga bertugas seperti pintu gerbang yang mencoba menghalau lawan yang mau melewatinya. Permainan ini ternyata mengandung makna yang dalam selain nilai kebersamaan dan kekompakan

2. Permainan Wak wak gung atau Ular Naga

Permainan wak wak gung ini berasal dari Jakarta. Pada zaman sekarang permainan ini jarang kita dapati di kota Jakarta yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil pada saat malam bulan purnama, namun dapat juga dimainkan pada saat kapan saja dan permainan wak wak gung ini dapat dimainkan oleh banyak orang atau anak-anak.

Di dalam permainan yang juga disebut sebagai Ular naga ini terdapat dua orang penjaga berhadapan dan saling berpegangan tangan yang kemudian diangkat ke atas membentuk kerucut, sehingga jika diturunkan akan memerangkap pemain di dalamnya. Kedua orang penjaga itu diibaratkan sebagai bulan dan matahari. Permainan wak wak gung tidak mempergunakan alat apapun, kecuali sebuah lagu sebagai pengiring nyanyian.

3. Tuk tuk Ubi

Permainan ini menggunakan media sebuah tali kecil, sekitar lima meter panjangnya. Kedua ujungnya masing-masing dipegang oleh seseorang, lalu diputar sehingga turun naik ke atas dan ke bawah.

Kemudian dua anak lain melompat-lompat mengikuti gerak tali itu dengan hitungan dan gaya tertentu. Jika ia terjatuh, maka rekannya yang lain mendapat giliran untuk melompat. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak perempuan.

4. Main dengan Buah Jarak dan Daun Nangka

Dari buah jarak dan lembaran daun nangka dapat dibuat kereta-keretaan. Caranya, dua buah jarak ditusuk menjadi sepasang roda dengan sebatang lidi yang menjadi as roda itu. Lalu pasangan roda itu dimasukkan dalam lipatan daun nangka. Kemudian beberapa daun nangka yang sudah diberi roda ini dirangkai-rangkaikan menjadi salah satu mainan kereta-keretaan. Lalu, daun nangka diikatkan tali dan diatrik ke sana ke mari.

5. Main dengan Kulit Jeruk

Dari kulit jeruk biasanya anak-anak Betawi membuat gerobak-gerobakan. Dari selembar kulit jeruk bali berukuran besar dijadikan badan gerobak. Kemudian dua buah rodanya dibuat dari kulit jeruk besar yang dibentuk besar seperti roda. Selanjutnya dengan sebatang lidi yang menembus pada badan gerobak, kedua roda itu dihubungkan. Kalau diberi tali, maka gerobak-gerobakan ini dapat ditarik berjalan semau pemain.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.