Makna dalam Seserahan Perkawinan Adat Betawi Condet — Seserahan dianggap penting karena sebenarnya mengandung makna sebagai bukti tanggung jawab dalam rumah tangga. Meski demikian, tak ada jumlah batasan yang akan diberikan mempelai laki-laki ke pihak perempuan. Justru, yang lebih penting yakni makna dan karakteristik seserahan setiap wilayah yang unik di Tanah Betawi. Seperti halnya di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Seserahan dibagi menjadi tiga golongan, yakni seserahan wajib, seserahan secara adat, serta secara sunnah. Jika secara umum seserahan wajib tak jauh dari mas kawin, uang dan seperangkat alat sholat maka untuk seserahan adat justru berbeda.
Kawasan Condet terkenal akan buah-buahan khasnya. Tak ayal seperti salak Condet, jeruk, pisang, apel, hingga jeruk menjadi seserahan khas perkawinan Condet. Buah-buahan itu menyimbolkan kemakmuran seperti layaknya raja yang melimpah ruah.
Tak ketinggalan juga kue-kue khas Condet seperti kue Geplak, kue Wajik, kue Pepe, kue Uli, serta Dodol dan kue Bolu sebagai hadiah. Kue tak sekadar sebagai sajian, tapi juga menyimbolkan mempererat tali silaturahmi kedua keluarga.
Perkawinan Betawi tanpa kehadiran roti buaya ibarat sayur tanpa garam. Roti berbentuk buaya ini memiliki makna kesetiaan terhadap pasangannya. Layaknya hewan buaya yang juga setia, bagi masyarakat Betawi kesetiaan dan kepercayaan merupakan aspek penting dalam rumah tangga.
Terakhir, seserahan sunnah. Orang Betawi zaman dahulu kerap menggunakan seserahan berupa binatang hidup seperti kambing dan ayam. Namun, seiring perkembangan zaman, makna dalam seserahan perkawinan adat Betawi Condet kini seserahan sunnah telah variatif mengacu kemampuan kedua belah pihak. Seserahan zaman sekarang lebih kepada alat-alat kosmetik, handuk, pakaian, sepatu, serta alat kebutuhan rumah tangga.