Karya seni merupakan artefak sebagai jejak peradaban bangsa memiliki makna terkait bagaimana seni rupa ini tumbuh bersama lahirnya Indonesia
Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional ‘POROS’ Libatkan Partisipasi Publik.— Mengusung tema ‘POROS’, eksibisi Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional resmi dibuka, Kamis (12/8). Kendati dihelat secara daring, pameran ini tak kehilangan daya tariknya. ‘Perkawinan’ antara seni rupa dan artefak sebagai jejak peradaban bangsa menjadi fokus sebagaimana pewarisan nilai sejarah bangsa.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Ristek, dan Kebudayaan Nasional Nadiem Anwar Makarim saat resmi membuka eksibisi tersebut. “Karya seni sebagai aset berperan mengingatkan, mewariskan nilai sejarah budaya dan identitas Indonesia,” ujarnya dalam via Zoom Metting, Kamis (12/8).
Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional merupakan wujud Kemendikbudristek melalui Galeri Nasional untuk mengoptimalkan pendataan dan pemanfaatan karya seni rupa Indonesia.
Pada gelaran kali mengusung 29 karya seni. Rinciannya16 monumen, tiga miniatur monumen atau patung publik (salah satunya dikerjakan dengan teknologi digital sculpting dan 3D printing). Juga ada 4 maket monumen atau patung publik, empat relief, satu mural serta satu lukisan. Adapun karya dipamerakan dalam bentuk foto dan video. Penikmat seni dapat mengungjungi laman galnasonline.id.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengungkap pameran seni tak sekadar membangun identitas, tapi juga secara bersamaan menyuguhkan narasi di dalamnya.
“Dalam ruang publik banyak cagar budaya. Dengan menghadrikan pameran ini, maka kita memperkenalkan kembali karya-karya, mengingatkan ke publik kita terhadap sejarahnya, terhadap narasinya,” ujarnya.
Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional ‘POROS’ Libatkan Partisipasi Publik
Tak sekadar pameran daring biasa, partisipasi publik juga turut disertakan. Masyarakat diharapkan lebih aware terhadap karya yang keberadaannya terkait dengan pembiayaan pemerintah di sekitar. Mereka diharapkan turut mampu mendokumentasikannya dan kemudian dilanjutkan pendataan oleh pemerintah daerah.
Kurator Suwarno Wisetrotomo menyatakan makna ‘POROS’ mengacu pada pusat atau episentrum pemaknaan estetik, historis kultural sebagaimana kemudian public menjadi bagian penting akan kehadiran karya di ruang publik.
“Pameran ini bertolak pada kesadaran bahwa karya seni merupakan artefak sebagai jejak peradaban bangsa memiliki makna terkait bagaimana seni rupa ini tumbuh bersama lahirnya Indonesia,” ungkap dia.
Kepala Galeri Nasional Puspanto menyatakan peran karya seni diharapkan mampu berkontribusi dalam jejak peradaban sejarah bangsa. “Mendata, menjaga dan merawat karya koleksi nasional artinya menyelamatkan koleksi tersebut, yang juga berarti menyelamatkan jejak sejarah perjalanan bangsa Indonesia,” pungkas dia.