Melacak Bukti Gedung Bappenas Bekas Monumen Yahudi

Melacak Bukti Gedung Bappenas Bekas Monumen Yahudi

Melacak Bukti Gedung Bappenas Bekas Monumen Yahudi — Terletak di Taman Suropati, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Gedung Bappenas ternyata pernah menjadi tempat pertemuan anggota tertinggi vrijmesdclarij atau freemason (Bahasa Inggris). Didirikan 1925, arsiteknya, yakni F.J.L. Ghijsels menyebut konon gedung ini merupakan loge (loji) perkumpulan freemason.

Henry Nurdi dalam Jejak Freemason & Zionis di Indonesia mengungkap pada perkembangan Yahudi di Indonesia bersamaan dengan gedung itu bernama Adhuc Stat yang artinya Berdiri Hingga Kini.

Sebagaimana dikatakan budayawan Alwi Shahab bahwa dahulu, di bagian atas gedung yang bertuliskan Bappenas tertulis Adhuc Stat. Sedangkan, di kanan kirinya terdapat dua lambang vrijmesdclarij. Adapun jika lambang ini disambung dengan garis maka akan membentuk Bintang David, symbol suci kaum Yahudi.

Mitos Rumah Setan

Bischop yang menjadi wali kota Batavia dengan jabatan itu merupakan penganut agama Yahudi dan berpengaruh. Terbukti, kala itu juga di Batavia, tepatnya di Jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bahkan di tempat ini pula digunakan sebagai tempat kegiatan ritual dengan kedok ‘plurarisme’. Salah satu yang gencar dibicarakan adalah soal pemanggilan arwah. Dari situ pulalah, dengan sendirinya tertanam bahwa loji merupakan rumah setan.

Padahal, Dr. Th. Stevens dalam Tarekat Mason Bebas di Hindia-Belanda dan Indonesia 1764-1962 menyatakan, dalam pertemuan tersebut banyak hal religius yang dibahas. Mulai dari filsafat, hingga permasalahan ekonomi sosial.

Sebelum menjadi gedung Bappenas, Gedung Adhoc Atat ini pernah menjadi tempat mengadili tokoh yang dituduh terlibat G30S. Misalnya, tokoh PKI Nyono, Menlu Subandrio dan Panglima AURI Laksmana Omar Dhani dalam sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub).

Tak hanya melacak bukti gedung Bappenas bekas Monumen Yahudi. Sejak masa VOC, penduduk Yahudi sudah tersebar di Hindia Belanda. Beberapa wilayah yang menjadi pusatnya yakni di Noordwijk (sekarang Jalan Juanda), dan Rijswijk (Jalan Veteren). Sejumlah toko besar milik etnis ini, seperti Oleslaeger, Goldenberg, serta Ezekiel juga terlibat. Budayawan Ridwan Saidi mengungkap kawasan Laan Hole (Jalan Sabang) juga ada sebuah hotel milik Yahudi.

Pada 1956, Pemda DKI mencatat masih banyak keluarga Yahudi di Jakarta. Adapun 12 diantaranya memegang paspor Israel, 56 orang memegang paspor Cekoslowakia. Sedangkan, 22 orang memegang paspor Polandia, serta 38 orang Yahudi memegang paspor Rusia. Pada 1957 ada sekitar 450 Yahudi di Indonesia.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.