Akulturasi Kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi

Akulturasi Kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi

Akulturasi Kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi – Etnis Tionghoa telah lama ada di Nusantara, khususnya Betawi sejak ribuan tahun yang lalu. Eksistensinya membawa pengaruh besar terhadap silat atau maen pukulan Betawi.  Akulturasi ini dapat dilihat dari beberapa gerakan, penggunaan simbol dan logo serta bentuk hormat maen pukulan Betawi yang mirip dengan Kungfu Tiongkok.

Etnis Tionghoa banyak tersebar di wilayah seperti Jakarta Pusat, Jakarta Barat hingga Tangerang. Otomatis, proses akulturasi di wilayah ini berjalan baik seiring hubungan baik yang terjalin antara etnis Tionghoa dan Betawi. Ibarat mulut dan gigi, begitu ungkapan untuk menyatakan hubungan mereka. Dalam Akulturasi Kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi, Agustinus Sufianto menyebut beberapa maen pukulan yang mendapat akulturasi dengan kungfu Tiongkok diantaranya Beksi, Mustika Kwitang, Sabeni, Langkah Empat Kelima Pancer sert Terazam.

  1. Aliran Beksi

Banyak sumber mengungkap bahwa istilah maen pukulan Beksi mengacu pada dialek Tiongkok. ‘Bek’ berarti ‘pertahanan’ dan ‘Si’ yang artinya ‘empat’—empat arah mata angin. Penyebar luas yang terkemuka dari maen pukulan ini merupakan Tionghoa muslim bernama Lie Ceng Ok atau Ki Ceng Ok. Peranan Ki Ceng Ok untuk menyebarkan ilmu ini sangat besar.

Menurut cucu Lie Ceng Ok, yakni Lie Dji, Beksi asli dari Kampung Dadap, Cengkareng. Namun, mengalami akulturasi dengan etnis Tionghoa

2. Aliran Sabeni

Aliran Sabeni yang ditemukan oleh Bang Mail dan H. Suhud. Aliran ini berkembang di wilayah Jakarta Pusat. Aliran ini disebut-sebut mengalami akulturasi dengan kungfu Tiongkok sebab lambang yang digunakan dalam aliran ini sangat mirip dengan filosofi Negeri Bambu. Misalnya, terdapat lambang hewan kelabang, naga, merak, serta bola dunia.

Sementara, dilihar dari segi pukulan juga terdapat kemiripan dengan Kungfu Tiongkok Selatan. Misalnya, tidak ada permainan tendangan. Sabeni juga memiliki beberapa jurus yang namanya erat dengan symbol Budaya Tiongkok, seperti Naga Ngerem, Kelabang Menyeberang, serta Merak Ngigel. Dalam

Asal Mula Simbol-simbol Keberuntungan China,  FuChunjiang menyebut naga  dalam  kebudayaan  Tiongkok  merupakan salah  satu  binatang  pembawa  keberuntungan  dan dipercaya mempunyai kekuatan gaib. Naga dapat menampakkan atau  menyembunyikan  diri,  mengubah  panjang  dan ukuran tubuhnya, serta menggerakkan kekuatan alam

3. Aliran Mustika Kwitang

Aliran Mustika Kwitang didirikan oleh  seorang  tabib  atau  sinshe  dan berasal dari daratan Tiongkok yang bernama Kwee Tang Kiam. Dalam aliran ini terdapat akulturasi dengan gerakan kungfu Shaolin dari Kwee Tang Kiam.  Misalnya, dalam jurusnya terdapat sikap salam hormat yang mirip dengan Baoquan li atau salam hormat khas Kungfu Tiongkok.

4. Aliran Langkah Empat Kelima Pancer

Disebut-sebut ditemukan oleh sosok Tiongkok Muslim bernama Guru  Ong.  Jurus-jurusnya memiliki  kemiripan  dengan  kungfu  Tiongkok  Utara yang  mempunyai  banyak  perpindahan  langkah.  Hanya saja, tidak lagi ada nama-nama Tiongkok dalam jurusnya karena pemberian nama dalam bahasa Indonesia hanya berdasarkan fungsinya, seperti: salam, pukulan serta tangkis lua

4. Aliran  Terazam  

Didirikan oleh Haji  Darip  sewaktu  sedang  berada  di Bangka—kota  dengan  banyak  komunitas  Tionghoa. Haji Darip sempat  bertemu  dan  bertarung  dengan  seorang perempuan dan kalah. Setelah kalah, perempuan itu mengajarinya jurus  tiga  manis.  Jurus  ini  mempunyai  konsep  seperti ayam yang bertarung. Sedangkan untuk olah napas pada Pencak Terazam yang diturunkan dari alm. Aba Sahlan ini memang dipelajari langsung oleh beliau dari seorang jagoan Kungfu Tiongkok.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.