Lembaga Manajemen Kolektif Musik Tradisi Nusantara Hasilkan Empat Rumusan

Lembaga Manajemen Kolektif Musik Tradisi Nusantara Hasilkan Empat Rumusan

Lembaga Manajemen Kolektif Musik Tradisi Nusantara Hasilkan Empat Rumusan — Sidang prakongres pembentukan Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) Musik Tradisi Nusantara berhasil meramu empat rumusan hasil. Adapun nantinya akan dibawa pada kongres mendatang. Salah satunya menyebut elemen musik tradisi menjadi pembeda posisi musik Indonesia dalam kontestasi musik dunia.

Direktur Industri Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan, Kemenparekraf, Amin Abdullah, dalam menyampaikan bahwa musik setiap zamannya memiliki ciri sendiri. Ciri tersebut berasal dari sistem pengetahuan lokal, sistem genealogi, sejarah, hukum. Selain itu, lingkungan, alam semesta, adat istiadat, tekstil, obat-obatan, religi, hingga nilai-nilai moral dalam bahasa dan seni.

Indonesia, sambung Amin memiliki kekayaan warisan budaya perlu memberi nilai tambah karya melalui pengembangan ekonomi kreatif. Untuk itu, diusulkan agar konteks karya bersifat inovasi, modifikasi, dan komodifikasi, dapat diletakkan sumber kesenian tradisi.

Bambang Sunarto, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, menyoroti karawitan sebagai bagian dari musik tradisi Nusantara. Ia melihat musik karawitan selama ini telah menghidupi masyarakat dan memerlukan peningkatan ketahanan. “Peningkatan ketahanan dapat tercapai apabila dilakukan upaya-upaya pengembangan,” tuturnya.

Sruti Respati, perwakilan Dinas Kebudayaan Kota Surakarta, menyampaikan, ragam kekayaan budaya memiliki lima domain kebudayaan sebagai budaya tak benda. Untuk musik, Sruti mengatakan, karya musik berkembang sesuai zamannya. Saat ini, kata dia, perkembangan musik tradisi sering diorientasikan dengan merusak pakem. “Namun faktanya, pakem sedianya bisa menjadi bagian dari metamorfosa musik tradisi,” tuturnya.

Musik Tradisi Rawan Punah

Edy Utama, salah satu narasumber mengemukakan kecemasannya tentang semakin jarangnya musik tradisi dimainkan. Ia mengatakan, musik tradisi saat ini mulai banyak digantikan dengan alat yang disebut organ tunggal. Itu artinya, musik tradisi menuju kepunahan.

Sedangkan Marusya Nainggolan, salah satu narasumber menyatakan kekhasan dan keunikan yang dimiliki setiap ragam budaya. Misalnya, menunjukkan kekuatan, identitas, sikap, pola pikir yang terlibat dalam kehidupan masyarakat.

Seni tradisi, lanjut dia, menjadi oase bagi proses dalam berkreasi, sebagai materi, dan sumber inspirasi yang tidak terbatas nilai keunikannya.  “Musik sangat berpengaruh dalam proses kreativitas seniman, musisi, dan menembus berbagai latar belakang suku, agama, adat istiadat, dan usia,” tuturnya.

Dari beragam materi yang disampaikan narasumber, sidang prakongres ini kemudian mengusulkan adanya sinergitas pentahelix/lima baling-baling. Adapun diantaranya, pemerintah, komunitas, pers/media, pelaku bisnis, dan akuntansi, dalam menjaga ekosistem dan pengembangan musik tradisi nusantara. Dari rumusan-rumusan yang dihasilkan dari sidang tema pengembangan ini akan dibawa pada acara puncak yang akan digelar pada 1 September 2021. 

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.