Ulama Betawi dalam Revolusi Kemerdekaan – Perjuangan mempertahankan kemerdekaan merupakan peristiwa bersejarah bagi Indonesia. Salah satunya perjuangan masyarakat Betawi yang jarang dibahas dibanding perjuangan etnis suku lain.
Padahal mengutip Guru Merah Putih: Ulama Betawi dalam Perjuangan Kemerdekaan (1945-1949) tulisan Humaidi, perjuangan masyarakat Betawi tak lepas dari peranan elit politik kaum jawara atau tentara dan ulama. Dalam aspek khusus, ulama tak bisa dilepaskan dari masyarakat Betawi mengingat kentalnya nilai-nilai religius masyarakat Betawi.
Dalam revolusi kemerdekaan, para ulama atau guru Betawi memegang peranan penting dalam keberpihakan kepada NKRI dan perjuangan melawan penjajah. Ketika proklamasi dibacakan, ulama betawi mendukungnya dan mengerahkan massa untuk menghadiri rapat-rapat akbar yang diadakah pemerintah republik.
Demikian saat Jakarta berada di bawah kendali Inggris pada 1945-1946, banyak diantara badan perjuangan, termasuk ulama, yang bergerilya hingga melakukan perlawanan ke luar Jakarta. Bahkan ulama Betawi dalam revolusi kemerdekaan juga kerap dilibatkan dalam pemberian dukungan rohani mengacu dalil keagamaan yang menyertai setiap perjuangan.
Tercatat dalam sejarah perjuangan Jakarta soal peristiwa Do’a Jum’at. Adapun ini merupakan anjuran pada akhir desember 1946, yakni permohonan agar khotib Jumat membacakan doa untuk tegaknya berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada khutbah kedua.
Adapun pembacaan khotbah ini dilakukan di seluruh masjid-masjid Jami di penjuru Jakarta. Peristiwa ini sekaligus membuktikan kuatnya dukungan ulama Betawi menjadi ujung tombak revolusi kemerdekaan.