Riwayat Permainan Tradisional dan Persebarannya di Betawi – Permainan tradisional Betawi mulai langka kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Permainan yang praktis, yakni game dalam gawai semakin marak seolah mampu menggantikan permainan tradisional yang biasa dilakukan anak-anak Betawi.
Padahal, permainan tradisional tak hanya memuat nilai-nilai kearifan lokal. Akan tetapi, juga memiliki sejarah tradisi dan penyebarannya yang panjang. Sebut saja permainan anak-anak Betawi, seperti Das, Gundu Kusir, hingga Golilio. Berikut riwayat permainan tradisional dan persebarannya di Betawi:
- Das
Das atau biasa disebut “main das” merupakan salah satu permainan rakyat Betawi tempo dulu. Disebut demikian karena pemain sering mengatakan “Des..des” saat kelerengnya (keleci) menyentuh uang yang dipasang.
Konon, permainan ini dilakukan oleh anak-anak yang orang tuanya bekerja sebagai pengurus kuda milik orang kaya Belanda. Ada juga yang orang tuanya bekerja sebagai kusir sado.
Sebelum mampu menggantikan pekerjaan orang tuanya, anak-anak ini diberi tugas mengurus kuda.
Mereka kebanyakan berasal dari Jakarta Selatan (Kampung Kapuk, Lebak Bulus, serta Pasar Minggu). Berbekal uang logam, keleci, gundu dan kelereng, anak-anak laki-laki bemain dengan seru
2. Gundu Kusir
Permainan tradisional anak-anak khas Betawi yang populer di Marunda, Jakarta Utara yaitu Gundu Kusir. Permainan ini hanya dimainkan oleh anak laki-laki yang berusia 7 hingga 12 tahun dan dimainkan di tempat terbuka. Gundu berarti kelereng atau keneker yang biasa dimainkan dengan cara disentil. Jenis permainan ini sudah ada sejak masa penjajahan Belanda, lalu sejak tahun 1950-an permainan ini menghilang
3. Kukuruyuk Ayam
Salah satu permainan anak-anak khas Betawi yaitu kukuruyuk ayam. Seperti halnya namanya, permainan ini mengandalkan suara tiruan ayam berkokok. Persebaran permainan ini ada di daerah Condet (Jakarta Timur), Sudimara, Cileduk, hingga Kebayoran Lama.
4. Gelangsing
Permainan tradisional anak-anak khas Betawi sudah ada sejak tahun 1950-an. Alat permainannya terbuat dari batang pohon asam,jambu batu, serta sawo yang berbentuk kerucut dan diberi potongan paku kecil di ujung bawahnya. Permainan bisa diikuti oleh anak-anak putra maupun putri. Jumlah pemain tidak dibatasi, dan semakin banyak ikut bermain akan menjadi lebih menarik.
5. Golilio
Permainan ini dilakukan oleh anak-anak Betawi berumur 9-14 tahun dan biasa dilakukan pada saat musim panen tiba. Pasalnya, bahan yang dipakai yaitu batang padi. Namun, dapat pula dibuat dari daun kelapa atau daun pisang. Permainan ini digemari karena dapat menimbulkan bunyi dan dimainkan bila sedang menunggu padi di sawah atau menggembala kerbaunya.
Ramadani Wahyu