Merawat Ingatan Kebetawian Keluarga di bawah Kolong Jembatan — Suara motor dan mobil berseliweran membisingkan telinga merupakan makanan sehari-hari di tengah latihan Sanggar Al-Ma’ruf. Bertempat di bawah jembatan kolong Slipi-Katamso, Palmerah, Jakarta Barat, sanggar seni Betawi ini dibangun tepat di hadapan sebuah masjid Al-Ma’ruf.
Kesamaan dua tempat yang saling berhadapan ini bukan kebetulan. Namun, buah merawat ingatan Kebetawian dari ayahnya, yaitu H. Ma’ruf di masa silam. Sanggar yang di dalamnya terpampang boneka Ondel-Ondel itu didirikan tepat di tahun 2014, sesudah masjid berdiri.
Deni Hermawan, Ketua Sanggar Al-Ma’ruf menyatakan alasan di balik pembuatan masjid–yang awalnya mushola dan sanggar itu tak lain ingin memastikan kemanfaatnya untuk masyarakat sekitar. “Daripada kolong hanya untuk (maaf) pengamen dan tak terurus, maka bokap mulai membangun mushola. Lalu lambat lain seiring banyaknya jamaah jadi masjid,” ujarnya ditemuiĀ senibudayabetawi.com, Senin (22/11).
Kekuatan Lintas Generasi Merawat Ingatan Kebetawian Keluarga di Bawah Kolong Jembatan
Padatnya rumah penduduk di sekitaran Slipi, Palmerah merupakan satu hal yang tak dapat disangkal. Tak ayal jika lelaki yang akrab disapa Bang Aden ini kerap mengalami kesulitan untuk berlatih Palang Pintu dan Lenong. Terlebih, ketika murid-muridnya membutuhkan tempat yang luas. “Sampai sekarang, setiap malam Sabtu kita bisa latihan di sini,” ungkap dia.
Bisingnya suara kendaraan bermotor yang berseliweran memang merupakan satu kendala, sehingga ia harus mengeraskan volume suara saat berlatih. “Tapi daripada mereka tak berlatih sama sekali. Kalau tak kita lestarikan, seni Betawi pasti akan punah,” imbuh dia.
Menariknya, Sanggar Al-Ma’ruf merupakan salah satu sanggar yang dalam memilih anggota sanggar memang memegang teguh kedekatan keluarga dan lingkungan sekitar. Misalnya, sambung Bang Aden mereka hanya menerima anggota sanggar dari keluarga atau orang-orang terdekat saja.
“Bukannya apa, tapi kita ingin anggota yang tak sekadar keluar masuk. Misalnya kalau keluarga kan pasti, gitu ya. Nantinya kalau memang ingin masuk, dipastikan dulu motivasi dan semacamnya,” ungkap dia.
Tak hanya itu, dalam hal maen pukul atau maen jurus, Sanggar Al-Ma’ruf juga memiliki jurus tersendiri yang didapat dari sang kakek. Namanya, yaitu H. Kencung. “Dan itu diturunkan dari lintas generasi,” ujarnya.