Palang Pintu pada Periode 1990-2020

Kala Palang Pintu Menembus ‘Pintu’ Jagat Digital

Kala Palang Pintu Menembus ‘Pintu’ Jagat Digital — Seiring perkembangan teknologi, jagat digital mau tak mau menjadi salah satu ‘panggung’ alternatif eksistensi segala hal. Peluang panggung berekspresi semakin luas karena bisa diakses kapan dan di mana saja.  


Palang pintu telah dikenal lama sebagai budaya khas Betawi yang hadir dalam segala acara dan perayaan, seperti pernikahan hingga acara penyambutan tamu. Melalui media platform YouTube, panggung Palang Pintu Sanggar Al-Ma’ruf semakin mengepakkan sayapnya. “Berkat kita beralih memanfaatkan YouTube, kita jadi sering diundang ke luar kota, seperti Bandung, Solo, Yogya,” ujar ketua Sanggar Al-Ma’ruf, Deni Hermawan kepada senibudayabetawi.com, Senin (22/11).


Lelaki yang akrab disapa Bang Aden ini bukan ujug-ujug memanfaatkan YouTube. Tapi, sejak 2019 ia telah rajin mengunggah pementasan sanggar, seperti Palang Pintu dan Lenong. Melalui Platform digital itu, ia sekaligus bisa mengenalkan kesenian Betawi ke luar daerah. 


Menariknya, Aden melanjutkan banyak juga penonton di luar daerah yang tertarik dan antusias dengan tradisi Palang Pintu. Sebagai wujud penghormatan terhadap masyarakat luar Betawi, ia dan grup personel Palang Pintu kerap menyesuaikan dengan budaya setempat.  “Misalnya, kami sering menggunakan sedikit satu patah dua patah kata dari bahasa setempat. Kemarin kita dari Bandung, maka sedikit pakai bahasa Sunda,” ujar lelaki yang sejak SMP menggeluti palang pintu ini. 

Kala Palang Pintu Menembus Pintu Jagat Digital


Sampai sekarang, channel YouTube Sanggar Al-Ma’ruf telah mencapai 168ribu subscriber. Bang Aden menyatakan saat masa puncaknya, channel sanggar ini pernah memperoleh Rp. 27juta satu bulan. “Tapi memang harus rajin mengunggah video. Kita kan soalnya udah memiliki Silver Play Button,” beber dia. 


Memastikan tradisi seni budaya Betawi tetap eksis merupakan hal yang mudah bagi setiap pelaku seni tradisi. Namun, memastikan kesenian tak punah dan dikenal semakin luas adalah soal lain. “Ini yang kita lakukan. Istilahnya investasi juga pada generasi sekarang agar mereka tak begitu saja meninggalkan budaya,” ungkapnya.


Bang Aden mengaku, kebanyakan anggota sanggarnya justru anak-anak yang masih perlu pelatihan dan pendalaman lebih. Namun, justru tantangan itu semakin membuatnya bersemangat. “Daripada mereka hanya main game online, mending kita ajari mereka palang pintu. Harus sabar memang mengajari anak-anak. Tapi kita udah biasa,” jelas dia.


Selain harus memiliki kesabaran, sambung Bang Aden hal penting yang harus dipastikan yaitu karakter anak-anak. Misalnya, kesesuaian karakter anak menjadi pemeran pendamping pengantin laki-laki atau perempuan. “Yang pasti mereka harus belajar main jurus, pantun, komedi, baru pukulan dasar buat nyambut,” ujar dia.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.