Silat Betawi Langkah Troktok, Ajarkan Keseimbangan Olah Fisik dan Adab — Silat Troktok Betawi bukan sekadar warisan budaya tak benda yang diakui UNESCO. Maen pukulan ini mengajarkan keseimbangan kehidupan, yakni antara olah fisik dan adab.
Nama silat Troktok akrab terdengar dalam dunia maen pukulan Betawi. Terutama, di daerah Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Perguruan Silat Betawi Langkah Troktok (Sibelatok)berdiri di bawah pimpinan Bang Nasri Syukri. Silat Betawi Langkah Troktok ajarkan keseimbangan olah fisik dan adab.
Berkembangnya silat Troktok pertama kali di Ulujami dikenalkan oleh H. Dilun bin Syairan bin Madi (1843-1963), yang merupakan kakek Bang Nasri. Mengacu nasab, Bang Nasri menyatakan bahwa kakeknya itu belajar silat dan agama kepada Guru Marzuki di Rawa Kidang, Tangerang. “Guru Marzuki ini dulunya selevel dengan Habib Ali Al-Habsyi, Kwitang, belajar agama dan silat agar keduanya imbang” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, Selasa (23/11).
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa di Betawi ilmu agama saling berkaitan dengan olah fisik atau maen pukulan. “Tempo dulu murid-murid datang ke Guru Marzuki belajar agama, lalu usai subuh sampai pagi latihan bersama,” kata dia.
Melalui Guru Marzuki, H. Dilun aktif dan konsisten menjalankan ilmu silatnya itu, kemudian diturunkan lagi kepada Muhammad Syukri (ayah Bang Nasri). Semula, sambung Bang Nasri maen pukulan ini sebatas sebagai maenan keluarga dan tak dipublikasikan. Namun berkat keinginan untuk memastikan maen pukulan ini tak punah, akhirnya bergeraklah Bang Nasri. “Kita inginnya agar bisa menjaga, mengembangkan warisan maen pukulan keluarga dan memperluas silaturahmi dengan perguruan lain,” jelas dia.
Konon, masih kata Bang Nasri maen pukulan ini telah ada sejak 1811 sebagai silat kerajaan di daerah Cirebon. Dan, silat ini tak bisa sembarangan dipelajari kalangan umum, sebatas abdi dalem kerajaan. Namun, kemudian berkembang hingga ke Ulujami.
Ciri Khas dan Jurus
Gerakan Troktok yang atraktif dengan mengombinasikan kecepatan dan ketepatan pukulan kerap kali mencuri perhatian. Terlebih dengan adanya kuda-kuda yang sangat rendah. Yang tak kalah penting, kata Bang Nasri yaitu sinergi antara mata, pikiran dan hati ketika menakhlukkan lawan. “Karena ini maenan yang mematikan. Jadi ketiganya harus sinergi, harus ada mawas, kecerdikan dan nyali,” bebernya.
Dalam bermain Troktok, pesilat juga harus memiliki kecakapan dalam menyinkronkan bagian tangan dan kaki. Misalnya, gerakan kaki kanan dan tangan kanan harus sama, bukan bersilangan. Jika terpaksa berselisih, pesilat akan kesulitan menggeser atau jatuh.
Menariknya, bagi calon murid yang akan belajar maen pukulan Troktok harus menguasai empat jurus inti sebelum mempelajari Langkah. Beberapa nama jurus yaitu, Pukul, Deprok, Kepang atau Seliwa, serta Kancut. Sementara Langkah, terdiri atas Langkah 2 Kurung, Langkah 3 Kurung, Langkah 4 Colong, Langkah 5 (sangkol dan tetes), Langkah 1. “Jarang ada murid yang lulus, karena sangat sulit untuk belajar satu langkah saja lama,” kata dia.
Jika kebanyakan Langkah 1 berada pada tahapan pertama, maka Trotok berbeda. Menurut Bang Nasri, hal ini memiliki filosofi tersendiri. “Kita mengenal empat sahabat, setelah mengenal empat, lalu ada penyempurnaan iman, yaitu berucap dua kalimat syahadat. Kalau kita udah masuk Langkah Kedua dalam jurus Troktok ini, kita harus pandai memahami, jurus 2, 3, dan 4 apa”.