Perjalanan Golok Cakung Menuju Penetapan Cagar Budaya – Golok Betawi telah ditetapkan menjadi salah satu enam Warisan Budaya TakBenda (WBTB) oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) asal Provinsi DKI Jakarta pada 28 Oktober 2021 lalu. Senjata kaum jawara tempo dulu itu berkibar seiring eksistensinya hingga saat ini. Menariknya, Betawi tak hanya memiliki golok Betawi, tapi juga ada golok Cakung yang tak kalah menariknya dibanding golok Betawi.
Golok Cakung merupakan salah satu benda bersejarah yang dimiliki masyarakat Betawi. Ciri khas yang mencolok dengan kandungan meteor pada bagian bilah membuat golok ini semakin menarik. Tak hanya itu, bagian depan ke bawah bilahnya terlihat meruncing sehingga menambah nilai estetis tersendiri. Gagang golok Cakung berasal dari tanduk binatang serta sarungnya dari kayu Nagasari.
Perjalanan Golok Cakung Menuju Penetapan Cagar Budaya
Kasi Pelindungan Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur, Iyan Iskandar menyatakan hingga saat ini golok Cakung masih dalam proses penetapan cagar budaya. Hal ini menyusul hasil uji laboratorium di bawah Balai Laboratorium Konservasi Borobudur yakni ditemukannya kandungan meteor (iridium) di dalamnya.
“Sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cagar Budaya, golok Cakung sudah selesai mendapatkan rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Provinsi DKI Jakarta,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, Kamis (25/11).
Golok Cakung selama ini kerap dilestarikan dan dimanfaatkan pada acara adat istiadat seni budaya Betawi. Tak hanya kandungan meteornya yang khas, golok Cakung juga memiliki nilai historis yang kental.
Kasi Pemanfaatan Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur, Fajar Haridjaja menyatakan pengkajian terhadap golok Cakung telah dilakukan sejak dua tahun lalu melalui kolaborasi bersama pemilik golok Cakung, yakni Sanggar Becak, Sanggar Bedok Latih, serta para pelestari golok di Jakarta Timur. “Sampai saat ini golok Cakung itu masih dipakai untuk para jawara di sanggar-sanggar itu. demikian pas ada acara-acara,” ujarnya.
Pengujian golok cakung melibatkan sebanyak 11 golok Cakung, dan ditemukan lima golok mengandung batu meteor (iridium). Kandungan Iridium diketahui merupakan kandungan paling kuat di atas titanium. Menarinya, 11 golok tersebut memiliki sisi historis masing-masing.
“Kalau dari kita, sisi historis golok Cakung pada abad 15-16, di mana kita berada dalam jalur strategis pada zaman peperangan, dari mulai Cakung hingga Bekasi,” paparnya.
Konon, golok bagi masyarakat Betawi zaman dahulu, khususnya Jawara menyimbolkan kejantanan dan keberanian. Kebiasaannya yaitu golok digantung atau diikatkan saja di pinggang. Kebiasaan ini sudah tidak ada lagi sejak tahun 1970. Golok Cakung sebagai senjata dan pelengkap yang merupakan ciri khas maen pukulan Cakung. Aliran silat Cakung di masa lalu disebut juga dengan aliran maen pukulan Deprok.
Hingga saat ini, proses penetapan golok Cakung masih menunggu rekomendasi dari TACB yang kemudian ditetapkan melalui SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai cagar budaya.