Sanggar Bedok Latih, Pelestari Sejati Golok Cakung – Golok telah lama dikenal sebagai salah sati senjata khas masyarakat Betawi. Tempo dahulu, golok biasa digunakan oleh para jawara (pendekar) sebagai senjata melawan penjajah. Seiring berkembangnya waktu, golok mulai dimanfaatkan sebagai aksesoris dalam peringatan acara tradisi hingga koleksi, dengan tetap melestarikan budaya Betawi.
Kendati sebatas digunakan sebagai aksesori dan koleksi, golok memiliki memori perjalanan yang panjang. Hal itu pula yang melatari berdirinya Sanggar Bedok Latih. Sanggar yang aktif berdiri sejak tahun 2019 ini concern pada pelestarian dan pemanfaatan golok Cakung.
Ketua Sanggar Bedok Latih, Agus Sahadat menyatakan sanggar ini tak hanya melingkupi pecinta golok Cakung di daerah DKI Jakarta. Tapi, juga daerah Banten hingga Pasundan. “Sekitar 50-an perguruan silat yang tergabung memiliki kesamaan visi dan tujuan untuk menyimpan, mengoleksi hingga memainkan golok. intinya melestarikan,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, Jumat (26/11).
Penamaan Bedok Latih merupakan gabungan dari kata ‘Bedok’ dan ‘Latih’. ‘Bedok’ merupakan singaktan dari Berkat Doa, dan ‘Latih’ singkatan dari Lain Getih. Demikian, arti panjang dari Bedok Latih mengacu pada berkat doa keluarga lain getih atau darah. “Itu artinya di Bedok Latih ini tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki kesamaan visi meski berlainan darah atau bukan keluarga,” imbuh dia.
Golok Cakung
Menariknya, golok Cakung kini telah dalam proses penetapan sebagai warisan cagar budaya Pemprov DKI Jakarta. Bang Agus menyatakan golok Cakung memiliki keistimewaan tersendiri dibanding golok biasa. Kandungan meteor (iridium) di dalam bilah yang tak dimiliki golok lain mampu memunculkan pamor tersendiri. Dan, karena kandungan ini pula golok Cakung tak bisa asal dibuat lagi. “Kalau replika mungkin bisa, tapi untuk buat lagi susah cari meteor,” ujar dia.
Selain itu, kekhasan lain juga mencolok pada bagian gagang yang terbuat dari tanduk rusa dengan bentuk kaki kijang. Gagang ini juga bisa dibuat dengan bahan kayu Nagasari.
Upaya penetapan golok Cakung sebagai cagar budaya terus dilakukan oleh Sanggar Bedok Latih, Pelestari Sejati Golok Cakung Betawi melalui kerja sama dengan pihak Sudin Kebudayaan Jakarta Timur. Menilik dari bukti-bukti sejarah yang ada, sambung Bang Agus pihaknya cukup yakin bahwa golok tersebut asli Cakung.
Misalnya, hingga saat ini masih ada alat tempa di Cakung untuk digunakan penempaan batu meteor. Demikian, masih ada makam yang disinyalir sebagai panglima Jaya Laksana yang juga berada di Cakung. “Itulah kenapa kita berani klaim bahwa golok itu asli Cakung,” ujar dia.