Latar masyarakat Betawi yang lekat dengan nilai-nilai Islam, membuat Wiwik harus berhari-hati dalam menciptakan tarian ini. Pasalnya, tak semua lapisan masyarakat, terutama santri Betawi yang mampu menerima tari yang dibawakan oleh perempuan—yang notabene banyak gerakan-gerakan bernuansa lenggok goyang. Di awal kemunculannya, tarian ini kerap diragukan pada kalangan santri Betawi.
Selain Tari Topeng dan Cokek yang cukup populer, Betawi juga memiliki Tari Ronggeng Blantek. Meski berjenis tari kreasi, tarian ini menggambarkan makna yang mendalam, yakni sosok perempuan Betawi yang cantik, ramah dan rendah hati. Tari Ronggeng Blantek, asa tari kreasi perempuan Betawi dapat berterima di semua lapisan masyarakat.
Tari Ronggeng Blantek menampilkan penari berkostum megah dengan kebaya warna merah muda, kain tumpal putih dan motif burung hong. Tak lupa, perlengkapan lainnya seperti mahkota kembang topeng, pending, anting, serta kalung bunga kalung bunga teratai. Diiringi gamelan topeng, rebana biang, gendang, kenong, serta kempul, dan gong, para penari meliuk-liukkan tubuhnya.
Tari Ronggeng Blantek merupakan jenis tari kreasi pengembangan dari tari Topeng Blantek. Dalam perkembangannya, tarian ini terlepas dan berjuluk Ronggeng Blantek. Muasal penamaan Blantek berasal dari peralatan musik pengiring pertunjukan Topeng Blantek yang seadanya. Misalnya, rebana biang yang terdengar memunculkan suara “blang-blang” dan kecrek yang memunculkan bunyi “tek-tek”.
Menukil laman encyclopedia.jakarta, tarian ini diciptakan oleh Wiwik Widiyastuti melalui instruksi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta pada 1978 lalu. Gerakan dasar dalam tarian ini mulanya berasal dari tarian Topeng. Adapun tokoh perempuan penari dalam tradisi Topeng Betawi disebut dengan “ronggeng”. Namun, tak seperti Tari Topeng, Wiwik menciptakan tari ini berdasar kreasi sendiri.
Latar masyarakat Betawi yang lekat dengan agama Islam, membuat Wiwik harus berhari-hati dalam menciptakan tarian ini. Pasalnya, tak semua lapisan masyarakat, terutama santri Betawi yang mampu menerima tari yang dibawakan oleh perempuan—yang notabene banyak gerakan-gerakan bernuansa lenggok goyang. Di awal kemunculannya, tarian ini kerap diragukan pada kalangan santri Betawi.
Pembuktian
Namun, Wiwik kemudian membuktikannya. Tak sekadar kostum, bahkan detail gerak, komposisi musik hingga nuansa diciptakan sedemikian rupa agar tarian ini masih dalam ranah nilai-nilai Islam. Namun, Wiwik tetap menonjolkan Tari Ronggeng Blantek yang menggambarkan sosok perempuan Betawi yang cantik, ramah dan rendah hati.
Gerakan tari Ronggeng Blantek awalnya perlahan, tapi akan semakin cepat dan dinamis mengikuti ritme iringan lagunya. Yang menarik, dalam tarian ini juga terdapat unsur-unsur gerakan silat dengan tetap menampilkan sisi luwesnya. Misalnya gerakan silat tangkis sejajar dan silat tangkis rempak. Sementara nama gerakan tari lain diantaranya, lenggang rongeh, ogek, selancar ronggeng, serta selancar pakblang.
Asa Wiwik melalui Dinas Kebudayaan DKI Jakarta membuahkan hasil. Bagi masyarakat Betawi, Tari Ronggeng Blantek berhasil diterima oleh semua lapisan masyarakat. Bahkan, Tari Ronggeng Blantek juga berhasil mendapatkan penghargaan di berbagai ajang tari, baik tingkat Nasional maupun Internasional. Pada 1987, Tari Ronggeng Blantek mendapat penghargaan Tempio de Oro dan menjadi juara dalam International Folklore di Sicilia, Italia yang diikuti 35 negara.