Memaknai Gerakan Silat dalam Sibelatok Terogong – Silat atau maen pukulan Troktok telah menyebar luas di wilayah Jakarta. Selain itu, silat Troktok Betawi juga telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Di balik itu semua, ternyata maen pukulan ini memiliki makna tersendiri di balik gerakan silatnya.
Gerakan dalam silat Troktok kerap kali mencuri perhatian dalam dunia maen pukulan Betawi. Ini tak lain karena gerakannya yang mengundang suara “trok trok”. Kombinasi antara gerak kecepatan dan ketepatan pukulan diiringi langkah dan kuda-kuda yang rendah membuat maen pukulan ini terbilang unik.
“Sudah memaki kuda-kuda rendah, melangkah lagi. Ini kan tak dimiliki semua perguruan silat,” kata Ketua Perguruan Silat Sibelatok Terogong, Syah Lind Pitung, kepada senibudayabetawi.com, Jumat (17/12).
Dalam bermain silat Troktok, pesilat juga dituntut memiliki kecakapan serta menyinkronkan tangan dan kaki. Gerakan kaki dan tangan kanan harus seiring, demikian gerakan kaki dan tangan kiri, bukan bersilangan.
Dalam maen pukulan Troktok, terdapat empat jurus inti yang harus dikuasai murid. Beberapa nama jurus itu diantaranya Deprok, Kepang, Seliwa, Kancut, serta Pukul. Setelah menguasai jurus, murid kemudian melanjutkan Langkah, diantaranya Langkah 2 Kurung, Langkah 3 Kurung, Langkah 4 Colong, dan Langkah 5 (sangkol dan tetes), serta Langkah 1.
Memaknai Gerakan Silat dalam Sibelatok Terogong
Menurut Bang Syah Lind, gerakan yang ada dalam gerakan Troktok juga seperti halnya gerakan wudlu, pensucian dalam agama Islam sebelum melakukan ibadah. Menariknya, Langkah 1 tidaklah selalu menjadi jurus pertama yang harus dikuasai pesilat. Justru sebaliknya, Langkah 1 menjadi jurus terakhir dan tak semua orang mampu menguasai jurus ini.
“Itu karena sama halnya dengan empat rukun Islam, dan ada penyempurnaan iman berupa dua kalimat syahadat,” ujar dia.
Awal mengajari silat atau maen pukulan, menurut Bang Syahlind, dibutuhkan satu hingga dua bulan agar calon murid menguasainya. Itu pun, sambung dia mereka harus belajar jurus dasar yang sesuai dengan kemampuan mereka. “Misalnya jurus satu dulu itu harus dikuasai satu hingga dua bulan. Setelah itu lanjut ke jurus kedua,” imbuh Ketua Kampung Silat Peninggilan ini.
Nama silat Troktok akrab terdengar dalam dunia maen pukulan Betawi. Terutama, di daerah Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Perguruan Silat Betawi Langkah Troktok (Sibelatok)berdiri di bawah pimpinan Bang Nasri Syukri. Silat Betawi Langkah Troktok ajarkan keseimbangan olah fisik dan adab.
Berkembangnya silat Troktok pertama kali di Ulujami dikenalkan oleh H. Dilun bin Syairan bin Madi (1843-1963), yang merupakan kakek Bang Nasri. Mengacu nasab, Bang Nasri menyatakan bahwa kakeknya itu belajar silat dan agama kepada Guru Marzuki di Rawa Kidang, Tangerang.