Selebrasi ‘Ngarak’ Kebahagiaan dalam Tradisi Sunat Betawi

Selebrasi ‘Ngarak’ Kebahagiaan dalam Tradisi Sunat Betawi

Selebrasi ‘Ngarak’ Kebahagiaan dalam Tradisi Sunat Betawi –Anak Betawi telah akrab dengan tradisi sunatan. Tak sekadar prosesi memotong ujung kelamin anak lelaki, tradisi ‘ngarak’ dalam sunat Betawi melambangkan bahwa ada kabar yang perlu disuarakan. Kabar kebahagiaan yang menggaung dari kampung ke kampung.

Iring-iringan berupa delman, boneka ondel-ondel serta musik gambang kromong itu begitu meriah keluar masuk gang-gang di sekitaran Jalan Cinere, Depok. Seorang anak mengenakan pakaian jubah beserta penutup kepala khas kebesaran para penganten sunat. Sembari menunggangi kuda, anak laki-laki itu terlihat gagah.

Ya, itulah arak-arakan tradisi sunat bagi masyarakat Betawi. Tradisi ini kerap kali diartikan sebagai penanda bahwa seorang anak lelaki telah memasuki akil balig. Ketika anak lak-laki telah berada di masa ini, masyarakat Betawi menganggap ia telah tahu batasan nilai agama dan sosial dalam masyarakat.

Tradisi arak-arakan penganten sunat boleh dibilang merupakan pemandangan yang langka di hari-hari ini. Termasuk di daerah Depok, Jawa Barat. Tak ayal, banyak warga sekitar yang masih antusias untuk menontonnya. Tak jarang beberapa di antara mereka merekam arak-arakan itu.

Selebrasi ‘Ngarak’ Kebahagiaan dalam Tradisi Sunat Betawi

Mengutip laman setubabakan.com, beberapa urutan dalam mengarak pengantin sunat diantaranya pembuka jalan, pengantin sunat, barisan rebana, serta tradisi pencak silat. Pengantin sunat diarak menggunakan kuda dan ditandu layaknya ‘raja kecil’. Ia diwajibkan diarak terlebih dahulu sebelum akhirnya melakukan prosesi sunat.

Proses arak-arakan pengantin sunat dilakukan untuk memberikan kabar gembira pada tetangga dan masyarakat sekitar bahwa anaknya telah memasuki akil baliq. Kesemarakan semakin bertambah dengan hadirnya berbagai jenis tradisi seni budaya Betawi yang lain, mulai dari gambang kromong hingga ondel-ondel.

Abdul Majid, tuan rumah acara sunat Betawi menyatakan bahwa alasan di balik penyelenggaraan sunat ini tak lain untuk melestarikan tradisi sunatan yang telah jarang dilakukan. Sebagai pelaku budaya, wajib hukumnya untuk terus melestarikan budaya Betawi.

“Sunat ini udah jarang sekali dilakukan oleh masyarakat di zaman sekarang. Karena juga membutuhkan banyak biaya besar. Kita mau melakukannya karena kita sadar sebagai masyarakat Betawi, pelaku budaya dan ini penting,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, Minggu (20/12).

Ketua Sanggar Kesenian Betawi Sekilap Gandul ini menyatakan bahwa rangkaian kegiatan dalam sunatan Betawi dilakukan dengan memastikan anak laki-laki disunat terlebih dahulu sebelum diarak. Pemberian jeda waktu selama satu minggu juga dilakukan agar anak tak merasa kesakitan. Adapun Bang Abdul Majid mengkitankan anaknya, Muhammad Aiman Al-Fatih.

Menurut Bang Abdul Majid, tradisi sunatan ini dilakukan sekaligus sebagai edukasi untuk anak-anak zaman sekarang. “Agar mereka tahu, oh ternyata ada ya tradisi dalam sunatan,” imbuh dia.

Sebelum disunat, anak akan turut dilibatkan dalam musyawarah rembukan untuk memastikan apakah anaknya mau dan berani untuk disunat. Jika anak telah berani, orang tua akan memutuskan apakah anaknya akan disunat secara tradisional melalui bengkong atau modern.

“Kalau sekarang bengkong sunat tradisional ini udah jarang maka kita pakai sunat modern. Yang penting tak mengurangi niat untuk melestarikan tradisi sunat Betawi,” pungkas dia.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.