Gema Lagu Riwayat Maen Pukulan Sabeni — Betawi
Kalu ade Sayuti Jago Cengkareng
eh.. ade lagi Sabeni Jago Tenabang
muridnye banyak, die dikenal orang
ngga perne die bikin sale duluan
eh jaman dulu memang banyak jagoan
di kota, di kampung, dan di pedusunan
sale sedikit nggak ade perdamean
maen pukul sampe maen bacok-bacokan
Lagu di atas merupakan penggalan dari lirik “Sabeni Jago Tanah Abang”, karya M. Ali Sabeni, putra Sabeni yang populer sebagai seniman musik samrah Betawi. Tak hanya itu, ia juga dikenal sebagai penerus maen pukulan Sabeni.
Gema lagu riwayat maen pukulan Sabeni diciptakan anak Sabeni bersama dengan Suhaeri Mufti sempat meledak di pasaran. Mengutip Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi tulisan G. J Nawi, lagu itu populer pada era 70-an bersama iringan gambang kromong Naga Mustika.
Syair lagu tersebut sangat jelas menceritakan tentang sosok Sabeni bin Canam. Dalam riwayat hidupnya, Sabeni pernah menjadi Serean (jabatan kepala keamanan tingkat Onderdistrict atau kecamatan yang dikepalai oleh ajidan atau ajudant). Kendati demikian, Sabeni dikenal sebagai sosok yang gemar menolong rakyat kecil, mengindari pertikaian, dengan tanpa lari dari musuh. Sesuai prinsipnya dalam bermain pukulan, “musuh tidak boleh dicari, tapi kalau datang maka pantang lari, hadapi apa yang terjadi”
Sabeni lahir di Kebon Pala, Tenabang pada 1860. Anak dari pasangan Canam dan Piah ini telah memiliki kharisma sejak kecil. Sosoknya yang berperawakan tinggi dan besar kerap kali menjadikannya pusat perhatian. Belum lagi pakaiannya yang selalu rapi. Saat menjadi Serean, Sabeni memiliki dua orang kepercayaan, yakni H. Mansyur dan Jaelani.
Sabeni Belajar Maen Pukulan
Sabeni muda menimba ilmu maen pukulan pada dua orang guru, yakni H. Syuhud dan H. Ma’il. Sementara, ilmu agama ia pelajari dari Habib Sayid Alwi Al Habsyi. Berkat ketangkasan dan kecerdasannya, ia mampu mengkreasikan aliran maen pukulan yang ia beri nama sesuai namanya. Hal itu menyusul amanat dari sang guru, “Kalau ude jadi aliran ini lu namain ajeā¦ Sabeni, name lu“
Sepak terjang kehidupannya sebagai Serean mengajarinya berbagai macam hal. Termasuk pengalamannya untuk bertarung dengan beberapa jagoan yang sengaja mengujinya. Salah satunya, ia pernah terlibat melerai dua orang jago berbekal golok hanya dengan dua jarinya saja. Ia juga pernah berhasil mengalahkan jago-jago di Prinsen Park.
Menariknya, Sabeni juga pernah menyunting anak gadis jagoan maen pukulan Sya’ban. Tiga kali berturut-turut Sya’ban takhluk di tangan Sabeni dan mengangkatnya sebagai mantu sekaligus guru. Namun, sayangnya dari pernikahan ini tak memberikannya keturunan. Sabeni lalu menikah dengan putri seorang jggo Kemayoran bernama Siti Khatidjah. Dari pernikahannya ini, ia dikaruniai 12 keturunan. Beberapa diantaranya meneruskan dalam dunia maen pukulan, yakni Mustofa Sabeni (Cing Mus) dan M. Ali Sabeni (Aba Ali). M. Ali Sabeni juga dikenal sebagai seniman Samrah Betawi yang terkenal.