Menilik Warisan Budaya Takbenda Tari Uncul

Menilik Warisan Budaya Takbenda Tari Uncul

Menilik Warisan Budaya Takbenda Tari Uncul — Gerakan-gerakan begitu provokatif menantang ke arah penonton hingga menggoda mereka terpancing masuk ke area pertandingan. Itulah awal mulai pertandingan Ujungan Betawi dimulai. Dan jika tantangan tak mendapat respon maka peserta melakukan Uncul di luar arena. Demikian seterusnya hingga seorang pesera didaulat sebagai jawara karena tak ada yang berani menantang.

Sekilas, gerakan Uncul terlihat serupa Ibing Pencak di Jawa Barat. Namun, yang membedakan hanya terletak pada tradisi sikap peserta saat mengundang lawan turun ke gelanggang. Jika Ibing Pencak, peserta menekuk bagian depan dahi iket kepala yang berbentuk segitiga maka Uncul menunjukkan gerakan provokatif. Uncul merupakan bagian dari pertandingan Unjungan.

Menilik Warisan Budaya Takbenda Tari Uncul

Menukil warisanbudayakemendikbud, Uncul merupakan seni beladiri yang memadukan antara gerakan silat beladiri dan gerakan tari. Biasanya, tarian ini dibawakan sesudah masa panen. Berbeda halnya dengan gerakan sialt yang serius, Uncul dibawakan dengan gerak tarian lucu, seperti gerakan monyet untuk memancing dan memanaskan lawan.

Uncul telah ada sejak abad ke 18 dikembangkan di daerah Setu Cipayung. Kali pertama, pencipta gerakan ini yaitu Yakub, lelaki asli Betawi. Melalui ikhtiarnya, ia berhasil memadukan gerakan silat dan tarian dan kini dikembangkan oleh Nawan dan Tohir.

Seni beladiri Uncul biasa dibawakan dengan menggunakan tongkat kayu yang lentur (rotan) atau bambu. Sembari memegang rotan, penari Uncul muncul di arena setelah lebih dulu memberi hormat dengan membungkukkan badan. Kemudian, ia menari dengan gerakan-gerakan pukulan, menangkis dengan pukulan rotannya diiringi alunan musik asli Betawi, yakni Sampyong.

Musik Sampyong terdiri atas sebuah sampyong, semacam gambang sederhana dengan empat bilah terbuat dari bambu atau kayu, ditambah kentongan bambu, serta tanduk kerbau. Kostum penari Uncul umumnya mengenakan celana pangsi hitam, kaos oblong hitam atau kadang-kadang bertelanjang dada.

RAMADANI WAHYU

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.