Memaknai Golok Sorenan, Senjata Jawara Betawi — Jawara Betawi rasanya tak lengkap tanpa senjata khas berupa golok. Golok merupakan pisau besar terbuat dari besi atau baja yang biasa digunakan untuk membelah hingga memotong. Menurut naskah Sunda kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesian, golok juga kerap disebut sebagai bedog, yakni senjata yang digunakan untuk para Raja.
Para praktisi atau Jawara Jago silat Betawi kerap kali menempatkan golok sorenan sebagai senjata sakral yang tidak boleh diperlihatkan atau dimain-mainkan di tempat umum. Seperti halnya namanya, golok soren senantiasa disoren atau harus diselipkan pada pinggang dengan gagang golok ditutup baju pakaian luar. Jika terpaksa terlibat dalam masalah, jawara atau jago silat akan memiringkan gagang golok ke depan hingga terlihat menyembul keluar baju pakaian luar atau jas tutup.
Dibanding dengan golok-golok di Banten, golok sorenan silat Betawi memiliki bentuk yang sederhana dengan gagang polos tanpa ukiran, baik berbentuk kepala hewan atau wayang. Karena bentuknya ini pula, sebagian besar orang Betawi menamakan golok ini dengan sebutan “Si Jantuk”.
Menukil Maen Pukulan Pencak Silat Betawi tulisan G.J. Nawi, secara umum istilah penamaan bagian golok sorenan Betawi tak jauh berbeda dengan di Banten dan Jawa Barat. Adapun bagian-bagian golok terdiri atas gagang golok (tangkai gagang golok), bilah (mata dan punggung bilah), pesi (bagian bilah yang masuk ke gagang golok), selut (gelang yang mengikat gagang dan bilah), serta sarung golok.
Meski keberadaan golok di tanah Betawi sanggat populer, tapi justru pembuatan golok Betawi dilakukan di beberapa daerah seperti Cibatu di Sukabumi dan Ciomas di Banten. Hal ini dilakukan tak lain karena pembuatan golok di daerah lain secara kualitas lebih baik dibanding Betawi.
Memaknai Golok Sorenan, Senjata Jawara Betawi
Sementara bahan golok sorenan silat Betawi kebanyakan berasal dari batang pohon jambu, rambutan hingga tanduk dan tulang hewan. Adapun untuk bagian bilah golok terbuat dari bahan besi baja yang umumnya diambil dari per truk, serta plat pijakan delman. Dan, untuk ukuran standar bilah golok sorenan yakni sejengkal tiga jari atau sekitar 27 hingga 30 sentimeter.
Budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra menyatakan bahwa sebenarnya dalam semua gerak silat Betawi menggunakan tangan kosong. Golok, sebagaimana fungsinya hanya sebagai aksesoris pelengkap para jawara.
“Jadi lebih ke bagaimana kemampuannya dalam mengolah geraknya, kakinya untuk menyerang. Golok itu aksesoris penambah wibawa yang biasa digunakan dalam keadaan terdesak,” kata dia kepada senibudayabetawi.com.
Berbagai macam Golok Betawi diantaranya, Golok si Betok, Golok Sorean, serta Golok Ujung Turun. Sebagaimana fungsinya saat ini golok juga banyak digunakan sebagai pananda status sosial–penambah kewibawaan seseorang.
Namun, sambung Bang Yahya tak sedikit pula orang yang menyimpan golok karena diyakini memiliki tuah. “Misalnya ada tradisi membuat wafak atau rajah pada golok. Mulai dari wafak dekok hingga wafak timbul yang semuanya punya tuah untuk tujuan tertentu,” kata dia
[…] – Ragam senjata tradisional Betawi merupakan bagian dari warisan yang lekat mencerminkan keberanian, kemahiran dan […]