Jejak Peradaban Belanda di Kota Depok

Jejak Peradaban Belanda di Kota Depok

Jejak Peradaban Belanda di Kota Depok — Kota Depok tumbuh dengan nilai sejarah yang melandasi perkembangannya. Demikian, dalam masyarakat, asal muasal Depok tak lepas dari muasalnya mini Eropa yang dibuat kolonial Belanda. Konon, Depok merupakan kawasan yang kali pertama dibuat untuk tuan tanah Belanda. Istilah tentang ‘Belanda Depok’ pun menjadi julukan terhadap warga asli atau pribumi Depok.

Penamaan ‘Belanda Depok’ juga tak lepas dari fakta sejarah dan bukti bahwa Kota Depok tak lepas dari rekam jejak bukti peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Jika melintas daerah Depok lama yang terletak antara Balaikota Depok dengan dengan Kelurahan Ratu Jaya yang mengarah ke Citayam, masih banyak tersisa bangunan bangunan berasitektur Belanda. Misalnya, rumah rumah bergaya Eropa, dan gereja-gereja tua bekas pemerintahan Kononial Belanda.

Bangunan bangunan tersebut bisa ditemui di daerah Depok Lama tepatnya di Jalan Pemuda. Pasalnya, di situ pulalah cikal bakal Kota Depok sebagai daerah pusat aktivitas administrasi pemerintahan Kota Depok. Menukil Konstruksi Realitas Belanda Depok dalam Mempertahankan Budaya Leluhurnya, karya Genta Fadilah Akbar (2015), beragam versi mencuat tentang Kota Depok. Versi pertama menyebut, Depok berasal dari Bahasa Sunda yang berarti pertapaan atau tempat bertapa. Ini tak lain sebab jauh sebelum Belanda dan Protugis ke Indonesia, Depok menjadi bagian Kerajaan Pajajaran pada abad ke-14. Bukti lain menyebut, banyak di daerah Kota Depok yang berawalan Ci yang dalam Bahasa Sunda berarti air. Beberapa tempat misalnya Citayam, Cimanggis, dan Cinere.

Sementara, versi lain menyebut asal muasal Kota Depok tak lain mengacu pada sejarah masa lalu terkait dengan kolonialisme Belanda. Pada 18 Mei 1669, seorang perwira VOC bernama Cornelis Chastelin membeli tanah di daerah antara Batavia ( Jakarta ) dengan Buitenzorg ( Bogor ) dengan luas tanah 12,44km persegi. Tanah tersebut digunakan untuk budidaya persawahan, perkebunan dan peternakan. Melalui bantuan penduduk setempat dan tanah yang Chastelin beli yang jugatanah partikulir yang terlepas dari kekuasaan Hindia Belanda.

Jejak Peradaban Belanda di Kota Depok

Adapun Chastelein memiliki misi tersembunyi untuk mengajarkan ajaran Kristen ke orang Indonesia asli. Akhirnya ia mendirikan sebuah jemaat lokal bernama De Eerste Protestante Organisatie van Christenen (DEPOK). Dalam hal pengelolaan tanah yang Chastelin beli, ia mempekerjakan budak budak yang didatanginyauntuk dipekerjakan sebagai pengelola tanah atau pekerja kasar yang jumlahnya sekitar 150 orang. Para budak tersebut kebanyakan berasal dari timur Indonesia seperti dari Nusa Tenggara Timur,Timor, Sulawesi, Bali dan wilayah di timur Hindia Belanda.

Chastelin wafat pada 28 juni 1714 dan meninggalkan surat wasiat atau het testament yakni membebaskan keluarga budak dari Depok dan memberi mereka bagian dari tanahnya. Pada waktu ini pula, nasib para budak berubah menjadi tuan tanah. Mereka dibebaskan dengan syarat memeluk ajaran Kristen Protestan.

Selain itu, pembebasan sebagai budak juga turut disematkan pada nama belakang para budak tersebut menjadi “KaoemDepok “. Sebidang tanah yang diberikan tersebut letaknya berada di jalanpemuda, Depok lama. Chastelin memberikan wasiat sebidang tanah ini kepadapara budak kepada 12 marga atau fam yang nantinya ke 12 marga. Misalnya, Bacas, Isakh, Jonathans, Joseph, Laurens, Leander, Loen,Samuel, Soedira, Tholense, Zadokh. Mereka hingga kini masih eksis dan mendirikanYyayasan Cornelis Chastelin (YLCC). Inilah yangmenjadikan mereka dan keturunannya tersebut sebagai yang terucap dengan istilah “Belanda Depok“.

Adapun 12 marga atau fam tersebut yang tadinya rata rata berasal dari Indonesia timur diajarkan mengenai cara bercocok tanam, ajaran dalam agama Kristen, hingga berbahasa Belanda. Namun, bagi mereka yang tidak mau dibaptis untukmemeluk ajaran agama Kristen dipindahkan ke wilayah Depok lainnya. Seperti, Mampang, Grogol, Srengseng dan wilayah Depok lainnya.

1 Response
  1. Norman Hasra

    Alhamdulillah, in syaa Allah selanjutnya bisa saling bertukar informasi terkait sejarah Depok, setelah Cornelis castellein dan sebelumnya, berikut nanti akan mendiskusikan jejak Islam dikota Depok.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.