Pengaruh Budaya terhadap Rumah Etnik Betawi

Pengaruh Budaya terhadap Rumah Etnik Betawi

Pengaruh Budaya terhadap Rumah Etnik Betawi — Sejarah tanah Betawi diwarnai seiring silih bergantinya penguasa di wilayah ini. Masuknya beragam etnis baik Nusantara maupun mancanegara turut memengaruhi jejak khas budaya Betawi. Termasuk salah satunya dalam hal arsitektur rumah Betawi. Menukil Rumah Etnik Betawi tulisan Doni Swadarma dan Yunus Aryanto (2013), arsitektur rumah Betawi didominasi oleh banyak pengaruh dari Jawa, Sunda, Arab serta Cina.

Berkaca pada sejarahnya, pembangunan rumah Betawi yang khas tak lepas dari zaman pemerintah kolonial Belanda yang membangun Kota Batavia dengan mengacu kota-kota di Belanda. Sejak saat itu, pemerintah kolonial memberlakukan peraturan penduduk pribumi dengan hanya diperkenankan membangun rumah-rumah di daerah pedalaman atau pesisir. Letak rumah-rumah pribumi tersebut dibangun berjauhan dengan bangsa kolonial di pusat kota yang pembangunannya merupakan hak pemerintah kolonial.

Pengaruh Budaya terhadap Rumah Etnik Betawi

Perbedaan perlakuan tersebut membentuk karakteristik, corak, dan kekhasan dari bangunan rumah masyarakat Betawi. Itu juga memengaruhi perbedaan kuat antara rumah yang ada di pedalaman, pusat atau kota dan pesisir serta pinggiran kota. Misalnya, penduduk di kawasan pesisir membangun rumahnya dengan bentuk rumah panggung untuk menghindari gempuran ombak. Lain halnya dengan penduduk di pedalaman yang membangun pemukiman mengandalkan fungsi halaman perkebunan. Perbedaan inilah juga memunculkan rumah gedong dan rumah kampung.

Rumah etnik khas Betawi yang dibangun penduduk pada masa itu banyak mengikuti rumah-rum etnik yang dibawa oleh para pendatang. Berikut pengaruh budaya Nusantara dan mancanegara yang memengaruhi rumah Betawi.

  1. Pengaruh budaya lokal (Jawa dan Sunda)

Pengaruh budaya Jawa dan Sunda lebih dominan dibanding etnis Nusantara lainnya. Ini tak lain karena posisi Betawi diapit dua wilayah itu, sehingga interaksi budayanya sangat intens. Pengaruh Jawa pada arsitektur rumah Betawi terlihat jelas pada rumah-rumah yang dulunya dikuasai oleh pasukan dari Demak dan Cirebon yang berbudaya Jawa. Rumah-rumah Betawi tersebut memiliki desain yang hampir sama dengan rumah joglo di Jawa Tengah.

Sejatinya, rumah joglo merupakan rumah penduduk Betawi yang masih keturunan dari keluarga kerajaan dari keraton Jawa. Demikian, keberadaan rumah joglo merupakan suatu rekam jejak adanya penduduk Betawi yang masih keturunan langsung keluarga kerajaan atau keraton.

Selain unsur Jawa, pengaruh arsitektur Sunda pada rumah Betawi juga tak sedikit, terutama dalam hal bahan material dan bentuk rumah. Secara etnik, rumah Betawi sama dengan rumah adat Sunda. Rumah Betawi juga memakai bahan kayu atau bambu dengan bentuk panggung tinggi 0.5 – 1 m dari permukaan tanah. Rumah jenis ini banyak ditemukan di daerah Betawi pinggir, mengingat orientasi penduduknya lebih dekat dengan pusat kekuasaan di Pajajaran beretnis Sunda

2. Pengaruh Budaya Asing (Cina, Eropa dan Arab)

Keberadaan bangsa Cina ke tanah Betawi memperkaya pengetahuan masyarakat terhadap arsitektur Cina seiring peraturan pembatasan penyebaran orang Cina dihapus pada 1870. Saat itulah mereka menyebar ke berbagai daerah Glodok dan Pecinan lainnya. Jejak pengaruh arsitektur Cina terhadap rumah etnik Betawi terlihat jelas saat menyambangi daerah Benteng dan Tangerang.

Salah satu rumah Cina yang terletak di Kampung Cipari, Desa Ciakar, Panongan tepatnya di “Rumah Kayu Goen” terlihat asimilasi Cina dan Betawi. Misalnya, jendela jejake tanpe jeruji khas Betawi terlihat dihiasi kayu ukir bergambar tiga orang Tionghoa.

Pengaruh arsitektur lainnya terlihat dalam konstruksi balok-balok kuda penyokong yang lazim disebut sekor tuo-kung dan sebagian terlihat dalam rumah Betawi pesisir. Demikian pula adanya penambahan motif floral atau matahari– pengaruh dari Arab. Adapun jarang sekali ditemukan rumah Betawi dengan tiang polos.

Pengaruh Arab lainnya kental mewarnai arsitektur rumah Betawi yang memiliki serambi bagian depan yang luas dan terbuka. Serambi ini biasa digunakan sebagai tempat belajar dan mengaji. Begitu pula dengan penggunaan tiang di teras depa biasanya berjumlah dua buah merupakan pengaruh arsitektur Arab. Sebab, bermakna “berpasang-pasangan” menjadi perumpamaan sebagaimana Allah menciptakan alam semesta ini selalu berpasangan.

Sama halnya dengan pengaruh Cina dan Arab, pengaruh Belanda juga banyak terlihat dalam rumah Betawi. Misalnya ruangan utama yang terhubung langsung dengan beranda depan dan belakang, area servis kamar mandi dan dapur terletak terpisah, berada di bagian belakang bangunan utama. Ornamen tiang pada arsitektur Belanda banyak meniru aliran art deco atau art nouveau yang kental dengan motif lengkung dan kotak-kotak. Ornamen tersebut kemudian dicontoh oleh warga Betawi yang tengah membangun rumah dan lambat laun menjadi ciri khasnya tersendiri.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.