Menelisik Sejarah dan Makna Tari Sirih Kuning

Menelisik Sejarah dan Makna Tari Sirih Kuning

Menelisik Sejarah dan Makna Tari Sirih Kuning — Tari Sirih Kuning merupakan tarian khas yang berasal dari suku Betawi, perpaduan antara budaya Betawi dan Tionghoa. Biasa dipentaskan untuk menyambut para tamu dan sebagai tari pergaulan dalam masyarakat Betawi, tarian ini masih eksis hingga sekarang.

Dalam berbagai acara, tari-tarian Sirih Kuning kerap ditampilkan pada beragam acara sakral, seperti perkawinan. Tarian Sirih Kuning merupakan pengembangan dari tarian Cokek yang merupakan tari khas Betawi.

Sejarah Tari Sirih Kuning

Sejarah kemunculan tari Sirih Kuning tak lepas dari eksistensi keberadaan tari Cokek yang ada terlebih dahulu. Tari Cokek merupakan tari pergaulan dan banyak dimainkan oleh para cukong Tionghoa yang ada di Betawi. Tari Cokek biasa dilakukan berpasangan antara penari Cokek dengan tamu laki-laki. Istilah Cokek berasal dari Bahasa Tionghoa cukin yaitu selendang yang panjangnya kurang dari satu meter dan dipakai penari perempuan untuk menggaet pasangan.

Versi lain mengartikan Cokek merupakan penyanyi yang merangkap sebagai penari. Tari Cokek Betawi berkembang ke beberapa daerah pinggiran seperti Tangerang, dan Banten. Menukil Muhadjir dalam Untung Yuwono, 2011 menyebut, para cukong atau masyarakat Tionghoa yang mampu mempunyai Wayang Cokek pada abad ke-19 merupakan mereka yang diangkat oleh Belanda.

Tari Cokek Tempo Dulu

Wayang Cokek diberikan rumah khusus koan wayang dan diberi pelatihan bernyanyi sera menari oleh Wayang Cokek senior. Berhiaskan baju kurung sutra merah berkancing intan dan perhiasan mahal, para Wayang Cokek memiliki derajad gengsi tinggi sehingga tak semua orang dapat mendekati.

Berbeda halnya dengan musik tari Cokek tempo dulu yang hanya diiringi musik Tionghoa sederhana seperti tehyan, kongahyan, dan sukong, musik Cokek saat diiringi dengan musik iringan Sirih Kuning. Menariknya, dalam hal gerak tari Cokek yang dikenal bersifat hiburan ternyata memiliki makna gerak mendalam. Adapun gerak atau pose seperti masyarakat Tionghoa yang melakukan sembahyang diartikan sebagai pose jaga hati agar tak berprasangka jelek.

Menelisik makna sejarah dan makna tari Sirih Kuning tak lepas dari tari Cokek. Sejak dulu, tari Cokek mampu menginspirasi para penata tari untuk menghasilkan beragam tari kreasi baru. Salah satunya tari Sirih Kuning. Dengan kata lain, masyarakat lebih mengenal tari Sirih Kuning sebagai bentuk dari tari Cokek.

Seiring perkembangannya, tari Cokek dikemas menjadi lebih memiliki image positif di mata masyarakat. Dengan demikian dibuatlah tari Cokek dengan musik iringan Sirih Kuning, yang kemudian lebih dikenal masyarakat dengan tari Sirih Kuning. Demikian, dalam tari Sirih Kuning, para penari lelaki dan perempuan saling berjaga jarak dan tak bersentuhan.

Pengaruh Budaya Tinghoa dalam Tari Sirih Kuning

Kostum yang digunakan oleh penari Sirih Kuning pada umumnya adalah baju tradisional Tionghoa. Para penari perempuan mengenakan kebaya sebagai atasan dan baju longgar lengan panjang untuk para penari laki-laki. Pengaruh budaya Tionghoa juga tampak pada aksesoris yang dipakai, seperti tusuk konde ala Tionghoa, bunga, cadar hiasan kepala.

Beberapa hiasan aksesoris juga memiliki simbol penanda status sosial dan kebahagiaan. Hal ini tampak dalam hiasan bunga yang digunakan para penari. Pada bagian bawah penari juga mengenakan kain batik bermotif tanduk sebagai ciri khas Betawi.

2 Responses

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.